Gema Bersama Polrestabes Gelar Nobar 22 Menit

Nonton bareng film berjudul 22 Menit di salah satu bioskop di Surabaya Barat, Sabtu (28/7).[siti/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Organisasi masyarakat Gema Indonesia bersama Kapolres Surabaya Rudi Setiawan menggelar nonton bareng alias nobar film berjudul 22 Menit di salah satu bioskop di Surabaya Barat, Sabtu (28/7).
Acara ini juga diikuti oleh ratusan anak muda dari berbagai daerah beserta beberapa personel polisi di Surabaya.
Tak hanya nobar, kegiatan ini juga dirangkai dengan diskusi yang menghadirkan pakar komunikasi publik dari Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo. Pokok bahasannya, terkait dengan radikalisme di masyarakat dan pola pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat.
Ketua Panitia dari Gema Indonesia Erik Christian menjelaskan bahwa acara ini digelar dengan latar belakang keprihatinan terhadap teror yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
“Bukan hanya terjadi di daerah konflik, tragedi ini juga muncul di sekitar kita, di kampung kita, di Surabaya dan di tempat-tempat lain di Indonesia,” katanya.
Oleh karenanya, pihaknya kemudian menggelar acara menonton bareng bersama generasi milenial dan Polri.
Film 22 Menit dibuat dengan latar belakang bom Thamrin pada 2016 di Jakarta yang telah merenggut 21 korban dan delapan di antaranya tewas. Empat orang terindetifikasi sebagai pelaku dan sisanya sebagai warga sipil. “Terima kasih kepada Polri yang telah menuntaskan kasus ini,” imbuhnya.
Sementara itu, dialog kebangsaan dibagi dua tema. Pertama, mengenali radikalisme di sekitar kita dan yang kedua penanggulangan radikalisme.
Ketua Gema Indonesia Jatim Renny menambahkan generasi milenial harus mengambil peran dalam menangkal isu radikalisme.
Ia berharap generasi milenial bisa menghargai perbedaan, bekerja keras, dan mau bersama-sama membangun negara dengan ilmu demi kemajuan dan kejayaan Indonesia di masa depan.
Kapolresta Surabaya Rudi Setiawan mengatakan bahwa banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari film tersebut.
Pertama, masyarakat bisa mengetahui kekejaman radikalisme yang ada di Indonesia. Di antaranya dengan mengambil kasus bom Thamrin pada 2016 lalu.
“Seperti itulah aksi kelompok kelompok teroris tersebut yang begitu keras. Mereka tidak mengenal kawan dan menganggap semua sebagai musuh,” kata Rudi.
Kedua, film tersebut juga memberikan pelajaran kepada masyarakat bahwa Polri bersikap tegas terhadap ancaman teroris. “Kita ingin menggalakkan semangat ” Kita Tidak Takut dengan Terorisme”,” tegasnya.
22 Menit garapan sutradara Eugene Panji dan Myrna Paramita resmi tayang di bioskop dan sudah disaksikan ribuan penonton di Indonesia sejak 19 Juli lalu. Animo masyarakat untuk menyaksikan Film 22 Menit berdurasi sekitar 120 menit itu begitu besar.
Ada tiga polisi yang ikut menjadi pemeran film tersebut, masing-masing Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Brigjen Pol Krisna Murti, dan Kombes Pol Herry Heryawan. [cty]

Tags: