Gemar Penelitian, Sulap Rumen Jadi Listrik

M Ari Nugroho

M Ari Nugroho
Sebagai seorang pelajar, M Ari Nugroho tergolong menjadi anak yang cukup kritis dan analitis. Baru duduk di bangku kelas XII, dia sudah dua kali menguji coba material yang dapat diubah menjadi tenaga listrik.
Tahun lalu, Ari menguji kotoran sapi untuk diubah menjadi tenaga listrik. Tahun ini, siswa kelas peminatan IPA di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya itu mengembangkan penelitiannya menggunakan rumen. Material tersebut merupakan isi perut sapi. Inovasi itu dia namakan Microbial full cell dual Cember. Ia menilai jika kandungan mikroba pada rumen jauh lebih banyak dibanding pada kotoran sapi. Prinsip kerjanya, rumen yang masih fresh jadi tempat hidup favorit mikroba.
“Mikroba akan menguraikan bahan organik yang dimiliki rumen. Pada proses penguraian ini, dia melepas elektron dan proton. Nantinya, elektron dan proton akan ditangkap oleh anoda yang ada di dalam reaktor,” jelas Ari.
Lebih lanjut, energi yang terkumpul pada anoda akan menuju sirkuit eksternal reaktor. “Satu alat terdiri dari dua reaktor. Sebenarnya bisa satu reaktor. Namun, energi listrik yang dihasilkan kurang tinggi. Dengan penggunaan dua reaktor ini daya energi listrik yang dihasilkan lebih tinggi,” ungkap dia.
Laki-laki kelahiran Surabaya, 5 Juli 2001 ini menjelaskan, jika reaktor kedua berisi larutan kalium permanganat untuk mempercepat reaksi aliran listrik. Dalam satu sistem, Ari sapaan akrab nya, merangkai pembangkit tenaga listrik menjadi rangkaian seri agar bisa digunakan untuk aliran listrik lampu LED.
“Untuk sementara, pembangkit tenaga listrik yang saya buat hanya untuk lampu LED karena daya yang dihasilkan dalam satu sistem ini sebesar 4 volt. Sedangkan untuk lampu ruangan, dia akan butuh reaktor yang cukup banyak. Ini akan ada pengembangan lanjut nanti,” tutur anak pertama dari dua bersaudara ini.
Karena, tambah dia, reaktor yang ia buat hanya mampu bertahan sekitar satu minggu. Mengingat inovasi pembangkit tenaga listrik berbahan rumen ini hanya bergantung pada senyawa organik yang terkandung di dalamnya.
“Selama senyawa organik di dalam rumen masih ada, dia akan terus memproduksi listrik dengan daya yang cukup tinggi. Tapi jika LED mulai meredup, ini berarti senyawa organik semakin sedikit,” papar pria yang bercita-cita menjadi Masinis ini.
Dalam pembuatan reaktan pembangkit tenaga listrik berbahan rumen ini, Ari menemui beberapa kendala. Salah satunya adalah perizinan yang dia lakukan di Rumah Pemotongan Hewan. “Rumen ini kan hasil limbah RPH. Jadi agak kesulitan untuk ngurus perizinan disana, untuk mengambil sampel yang saya butuhkan,” sambung dia.
Ke depan, ia berkeinginan agar inovasinya bisa diterapkan dalam skala yang besar. Karena menurut dia, masyarakat Indonesia saat ini mengalami krisi energi listrik.
“Ini juga bisa menjadi solusi pengurangan limbah RPH yang semakin banyak. Semoga dengan inovasi ini ada yang berminat sehingga bisa menjadi solusi penggunaan batu bara yang kurang efisien,” pungkas pelajar yang tengah menyiapkan penelitiannya ini untuk ajang Muhammadiyah Award tingkat Jawa. [ina]

Tags: