Gempa Bromo Capai Radius Tiga Kilometer

Gempa akibat Gunung Bromo tidak membuat warga panik, namun mereka tetap menjaga kesehatan dengan mebagikan masker.

Gempa akibat Gunung Bromo tidak membuat warga panik, namun mereka tetap menjaga kesehatan dengan mebagikan masker.

Probolinggo, Bhirawa
Gempa akibat letusan Gunung Bromo yang terjadi selama beberapa hari terakhir hanya dirasakan dalam radius tiga kilometer. Hal ini diungkapkan  Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Bromo Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ahmad Subhan, (Senin 11/1).
“Gempa letusan itu sempat membuat kaca di Pos Pengamatan Gunung Api Bromo bergetar, namun hal itu wajar-wajar saja. Dia mengatakan tidak semua warga yang berada dalam radius tiga kilometer dapat merasakan getaran gempa akibat letusan Gunung Bromo itu.
Hal itu, karena intensitasnya tidak terlalu sering, sehingga ada sebagian warga yang tidak merasakannya. “Gempa letusan itu merupakan salah satu tipe aktivitas gempa gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut dan gempa itu merupakan tekanan udara dari dalam magma yang menyebabkan getaran,” katanya.
Ia mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dengan gempa letusan Gunung Bromo karena jenis gempa tersebut merupakan hal yang wajar pada fase erupsi yang terus menerus sejak statusnya “Siaga”.
“Material yang keluar akibat gempa letusan hanya berupa abu halus dan secara visual gempa letusan itu akan menyebabkan asap sulfatara abu vulkanis menjadi lebih pekat,” ujarnya.
Gempa tremor Gunung Bromo dalam beberapa hari terakhir mengalami penurunan, namun energi aktivitas di dapur magma lainnya masih tetap tinggi, bahkan secara visual terdengar suara gemuruh dan teramati sinar api samar-samar dari kawah Bromo.
“Saya imbau masyarakat tidak perlu panik dan khawatir, namun sesuai dengan rekomendasi PVMBG, kawasan steril dari aktivitas warga dan wisatawan dalam radius 2,5 kilometer dari bibir kawah Gunung Bromo,” tandasnya.
Aktivitas Gunung Bromo pada 10 Januari 2016 sejak pukul 06.00 tercatat secara seismik gempa tremor vulkanis atau erupsi menerus dengan ampitudo dominan lima milimeter, satu kali gempa vulkanik dalam, dan tujuh kali gempa letusan yang lamanya sekitar 23 detik, sedangkan secara visual cuaca cerah, angin tenang, asap kelabu sedang-tebal, tekanan sedang-kuat, tinggi asap berkisar 900 meter dari puncak ke arah barat-barat laut.
Aktivitas Bromo pada 11 Januari 2016 pukul 06.00 WIB terpantau secara visual cuaca mendung, angin tenang, asap kelabu sedang-tebal, tekanan sedang-kuat dengan ketinggian berkisar 900 meter dari puncak ke arah barat-barat daya, sedangkan secara seismik gempa tremor dengan amplitudo dominan lima milimeter, dan terdengar suara gemuruh lemah dari kawah, sehingga kesimpulan Gunung Bromo tetap “Siaga”, tambahnya.
Suasana area wisata Gunung Bromo, di akhir pekan saat mengalami erupsi, tampak sepi sekali pengunjung di puncak Cemoro Lawang, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, yang biasanya di padati wisatawan lokal maupun asing.
Sepi pengunjung di Gunung Bromo, sangat berdampak terhadap para pelaku usaha, dan pendapatan dari hasil tiket masuk wisatawan yang di kelola pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Probolinggo, mencapai 85 persen, pungkas bupati Probolinggo Hj.P. Tantriana Sari, Senin 11/1. [wap]

Tags: