Gempa Selat Madura

Pulau Sapudi di perairan Sumenep (tenggara Madura), diguncang gempa 6,4 Skala Richter, Kamis dinihari. Pusat gempa di laut kedalaman 10 kilometer, sekitar 86 barat laut Denpasar (Bali). Terasa hingga di Surabaya, sampai pasien di ruang anak RSI (Rumah Sakit Islam, Wonokromo) dievakuasi keluar gedung. Gempa juga mengguncang keras kota terdekat, Situbondo, menyebabkan kerusakan bangunan Walau tidak menimbulkan kerusakan besar, namun telah dilaporkan tiga korban jiwa.
Gempa di perairan Madura, juga mengguncang kabupaten Situbondo (yang menghadap ke Selat Madura). Terjadi bersamaan dengan hari penutupan evakuasi korban gempa di Palu (dan Donggala, di Sulawesi Tengah). Tetapi status “tanggap darurat” diperpanjang selama 2 pekan (sampai 27 Oktober 2018). Gempa di perairan Madura, seolah me-warning, tidak lena bencana. Berdasar catatan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), terdapat 295 patahan sesar di Indonesia.
Gempa Sapudi, tergolong “satu keluarga” dengan lempeng sesar Flores. Bersifat pergerakan naik. Sebenarnya, sesar Flores tidak pernah berbelok ke arah perairan Madura. Biasanya, meng-alur di perairan selatan, melalui Bali, Banyuwangi (Jawa Timur), Yogya, Sukabumi (Jawa Barat) sampai Ujung Kulon. BMKG meng-identifikasi gempa di perairan timur Madura merupakan sesar lokal. Serta hanya disertai gempa susulan kecil (berskala kurang dari 4 SR).
Selain bukan sambungan lempeng Pasifik, maupun Euro-Asia, gempa Madura juga tidak berpotensi tsunami. Namun kewaspadaan patut tetap disiagakan. Terutama kawasan Madura kepulauan. Antaralain Ra’as, Sapudi, dan Kangean. Lebih lagi, di timur Madura (pulau Pagerungan) telah terdapat eksplorasi minyak, sejak lama (tiga dekade silam). Terdapat helipad di Pagerungan. Sedangkan di Sumenep akan dibangun bandara.
Kabupaten Sumenep, di ujung timur pulau Madura, menjadi kawasan di Jawa yang paling banyak memiliki kepulauan. Terbentang di utara pulau Bali sampai Nusa Tenggara Barat (NTB). Tak kurang dari 120 pulau, hanya 70 yang berpenghuni. Seluruh kepulauan Madura dikenal memiliki kekayaan hayati laut. Juga kaya minyak. Serta di pulau (gili) Iyang, kosmo udaranya memiliki sumber oksigen terbaik di dunia. Pengeboran minyak (di perairan Madura) patut waspada ke-gempa-an.
Kawasan pantai utara “tapal kuda” Jawa Timur (sepanjang Situbondo sampai Pasuruan) juga merasakan guncangan. Paling parah terasa di Situbondo, menyebabkan satu korban jiwa, serta beberapa rumah rusak sedang dan ringan. Bahkan di Jember juga terjadi kerusakan bangunan rumah warga. Kerusakan dampak gempa bumi di pulau Sapudi, maupun Situbondo (dan Jember) tidak bersifat masif.
UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan status ke-tanggap darurat-an. Pada pasal 51 ayat (2) dinyatakan status darurat bencana dilaksanakan oleh Gubernur (skala propinsi), dan oleh Bupati, atau Walikota untuk skala kabupaten dan kota.
Serta pasal 26 ayat (1) huruf b, dituliskan bahwa setiap orang berhak: “mendapat kanpendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.” Bahkan pentingnya pendidikan dan latihan kebencanaan diulang lagi pada pasal 35. Didalamnya juga di-amanat-kan penegakan regulasi tentang rencana tata-ruang (RTRW).
Di-prediksi tidak ada gempa susulan, sehingga boleh jadi, tidak perlu diberlakukan tanggap darurat (daerah). Walau tidak dalam status tanggap darurat, niscaya, bantuan akan mengalir. Rehab rumah rusak, dan biaya pengobatan, akan ditanggung oleh pemerintah propinsi. Juga bantuan bahan pangan telah dikirim BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jawa Timur.
Bencana gempa bumi beruntun, hikmahnya menambah pengalaman me-minimalisir keparahan dampak bencana. Namun sokongan paling kuat, wajib dibangun masyarakat setempat waspada gempa.

——— 000 ———

Rate this article!
Gempa Selat Madura,5 / 5 ( 1votes )
Tags: