Gencarkan DO Demi Amankan Nisbah Dosen

DOSurabaya, Bhirawa
Tuntutan Kemenristek dan Dikti terhadap nisbah (perbandingan) dosen dan mahasiswa membuat sejumlah perguruan tinggi harus melakukan berbagai langkah jitu. Diantaranya melakukan Drop Out (DO) kepada para mahasiswa yang melebihi batas waktu tempuh pendidikan alias mahasiswa abadi.
Seperti yang dilakukan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya. Tahun ini, untuk memenuhi kebutuhan nisbah dosen IPS 1 : 45 dan IPA 1 : 30, perguruan tinggi  di jalan Semolowaru Surabaya itu memecat sekitar 150 mahasiswa.
Para mahasiswa dari berbagai fakultas itu dikeluarkan lantaran tidak lulus setelah melewati batas 14 semester atau tidak melakukan registrasi selama tiga semester.”Mereka terkena DO secara otomatis by system. Itu kita lakukan mulai tahun ini,” tutur Rektor Unitomo Bahrul Amiq, Minggu (27/12).
Bahrul Amiq mengaku  mahasiswa abadi tersebut menjadi beban tersendiri bagi PT. Mereka masih terhitung menjadi beban dosen meski tidak pernah aktif mengikuti kuliah. “Paling banyak dari Fakultas Teknik, Prodi Teknik Informatika,” lanjut dia.
Amiq tidak memungkiri, lembaga yang dia pimpin merupakan salah satu PTS yang sempat ditegur Kopertis bersamaan dengan beberapa kampus lain di Jatim. Teguran itu terkait nisbah dosen dan mahasiswa. Batas waktu yang diberikan hingga 31 Desember 2015 mendatang.
Namun setelah melakukan DO, pihaknya mengaku rasio dosen dan mahasiswa itu sudah aman.
“Kita sebenarnya sudah aman. Tapi kami tidak ingin berhenti di titik aman,” kata dia. Sebab, lanjut dia, posisi aman saat ini belum tentu juga terjadi pasca penerimaan mahasiswa baru 2016 mendatang. Karena itu, pria asal Gresik ini mengaku membutuhkan tenaga dosen tambahan. Dia merinci, kebutuhan dosen baru itu mencapai 25 orang.
Langkah untuk mengamankan nisbah dosen ini juga dilakukan Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Untag Surabaya Andi Matulessy mengatakan, pihaknya juga sempat kena “semprit” Dirjen Dikti lantaran aturan ini. Sehingga, mulai tahun ini pihaknya berupaya melakukan penambahan dosen dalam jumlah besar.
“Sekarang tinggal prodi Teknik Informatika yang kurang dosen,” kata Andi.
Selain penambahan dosen, pihaknya juga mengaku melakukan pembatasan terhadap penerimaan mahasiswa baru tahun depan. “Analisa saya, semua kampus di Jatim kesulitan mencari dosen informatika. Ini karena perguruan tinggi yang membuka S-2 informatika di Jatim hanya ada 3. STTS, Stikom dan ITS. Ini membuat jumlah lulusan S-2 informatika juga minim,” kata Andi.
Seluruh PT, menurut Andi, akan terkena dampak nisbah untuk prodi informatika. Belum lagi jarangnya lulusan dan besarnya kebutuhan dosen informatika yang besar. [tam]

Tags: