Genderang Pilgub Jatim, Dimulai

Foto Ilustrasi

Pengusungan bakal calon pemilihan gubernur (dan wakil gubernur) Jawa Timur (Jatim), sudah dimulai. Megawati (dan PDI-P) memilih bersikap pragmatis, mengalir pada sosial realita politik. Walau sebenarnya PDI-P masih menjadi “runner-up” pemilu legislatif (pileg) tahun 2014 lalu, memperoleh 19 kursi. Nampaknya hasil road-show beberapa petinggi PDI-P ke Jawa Timur, memperoleh kesimpulan “wajib” memilih kader NU.
Harus diakui, realita sosial politik Jawa Timur di-dominasi oleh warga nahdliyin.  NU dengan rakyatnya (nahdliyin) menjadi magnitude legitimasi politik. Namun nyaris tiada kader nahdliyin (NU) yang sekaligus menempati posisi strategis sebagai pimpinan PDI-P. Sehingga bakal calon (balon) Gubernur yang diusung, setidak-tidaknya, mesti memiliki “jas merah”(ke-sejarah-an) bersama PDI-P.
“Jas merah” itu, disandang Saifullah Yusuf, yang pernah menjadi anggota DPR-RI fraksi PDI-P (tahun 1999). Pengalaman pertama PDI-P maupun Saifullah Yusuf, pada pileg pertama. Pileg sebelumnya (zaman orde baru) PDI-P maupun Saifullah Yusuf, belum merasakan. Niscaya menjadi pengalaman pertama tak terlupakan. Tak peduli, Saifullah Yusuf, telah pindah partai politik. Sekaligus menjadi Menteri (kabinet Indonesia Bersatu, rezim SBY), jatah PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).
Berdasarkan “bisikan” beberapa kyai, PKB telah menetapkan Saifullah Yusuf, sebagai bakal calon gubernur pada pilgub tahun 2018 mendatang. Pilihan PKB, harus diakui, sejalan (sejak awal) dengan bidikan PDI-P. Hanya beda waktu dan momentum. Namun PDI-P, nyata-nyata tidak ingin “kalah ber-NU.”Toh, masih terdapat kader hebat lain dalam NU yang terasa dekat dengan PDI-P.
Kader dekat PDI-P, dan sudah biasa memakai jas merah, adalah Abdullah Azwar Anas (kini Bupati Banyuwangi, Jawa Timur). Pada beberapa kesempatan, Azwar Anas, sering mengaku sebagai “petugas” bu Megawati. Selain itu, kinerjanya sebagai Bupati Banyuwangi, tergolong berprestasi besar. Buktinya, pada pilihan Bupati (pilbup kedua) di Banyuwangi, Azwar Anas unggul dengan perolehan lebih dari 88%. Konon di Banyuwangi, hampir terjadi pilbup calon tunggal.
Magnitude sosial politik nahdliyin, juga dirasakan parpol lain. Bahkan telah dibentuk koalisi beberapa parpol untuk mengusung kader NU hebat lainnya. Pada saat bersamaan, Golkar, Nasdem, dan Hanura, mengusung Khofifah Indar Parawansa, sebagai bakal calon gubernur. Khofifah, tak lain, Ketua Umum PP (Pimpinan Pusat) Muslimat NU. Jama’ah-nya (anggota), tercatat sebagai organisasi perempuan terbesar se-dunia!
Khofifah, memiliki prestasi sangat besar dalam jajaran nahdliyin. Yakni, satu-satunya perempuan yang berhasil terpilih sebagai Ketua Umum Muslimat NU, tiga kali berturut-turut. Sebagai Menteri Sosial, juga dikenal dekat dengan presiden Jokowi, karena sama-sama suka blusukan. Sebelumnya pada kabinet Persatuan Nasional, rezim presiden Gus Dur, Khofifah dipilih menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan. Dalam hal urusan perempuan, dedikasinya diakui dunia.
Saat ini, pilgub Jawa Timur masih dalam tahap persiapan, belum awal penyelenggaraan. Namun “kontes” adu calon telah terasa. Popularitas tiga bakal calon yang telah diumumkan, tidak perlu diuji lagi. Juga tidak perlu survei elektabilitas. Karena ketiga nama yang diajukan, telah sama-sama berpengalaman tiga kali mengikuti pilkada.
Uniknya, bakal paslon yang diusung PDIP bersama PKB, telah mengalami dua kali kemenangan. Saifullah Yusuf, memenangi pilgub Jawa Timur tahun 2008 dan 2013, sebagai Wakil Gubernur. Begitu pula Abdullah Azwar Anas, dua kali memenangi pilkada Bupati Banyuwangi periode 2010 dan 2015. Sedangkan Khofifah, sebaliknya, mengalami kekalahan dua kali dalam pilgub (tahun 2008 dan 2013).
“Bekal” kekalahan, tak kalah penting dibanding bekal kemenangan. Sebab, tiada tokoh cerdas (dan kuat), yang bersedia kalah tiga kali. Yang menang, juga ingin mempertahankan singgasana sampai maksimal (empat periode).

                                                                                                                 ———   000   ———

Rate this article!
Tags: