Gending Jawa Menyambut Tamu, Tersedia Kafe dengan Camilan Tradisional

Suasana di Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo berbeda dengan kantor yang ada di lingkungan Pemkab Sidoarjo lainnya. Di antaranya motor Ducati keluaran 1940 menyambut tamu yang datang kesana.

Suasana di Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo berbeda dengan kantor yang ada di lingkungan Pemkab Sidoarjo lainnya. Di antaranya motor Ducati keluaran 1940 menyambut tamu yang datang kesana.

Kabupaten Sidoarjo, Bhirawa
Memasuki kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo, tak ubahnya masuk ke dalam galeri seni. Begitu masuk langsung disuguhi sebuah lukisan besar, pohon sintetis yang bergelayut di dinding ruangan dan tanaman hidup di pot-pot besar.
Yang unik begitu menginjakkan kaki ke DKP, ada kursi tamu yang kadangkala digunakan pejabat teras  untuk nongkrong di saat jam istirahat. Siapa menyangka kalau yang duduk santai di kursi tunggu itu adalah Kepala Dinas Keberihan dan Pertamanan Sidoarjo Bachrul Amig dan Kabag Kebersihan Widyantoro. Sepintas mereka seperti tamu biasa. Amig memang tidak terbiasa dengan suasana formal. Dia menerima tamu-tamunya di sembarang tempat, bisa di tempat parkir, di mushala kantor, di kafe, ruang tamu dan tentu ruang kerjanya sendiri. Walaupun terkesan santai, tetapi pikirannya terus bergerak untuk membuat inovasi baru.
Motor Ducati keluaran 1940 serta burung kenari di atasnya yang dipasang di depan pintu kantor menandakan, Kepala Dinas kantor ini memang bukan orang sembarangan. Jiwa seninya begitu kuat, mengombinasikan suasana tradisional dan modernisasi. Irama langgam Jawa kuno bergema lembut saat baru masuk ke dalam kantor. Cuaca panas langsung meresap dingin ketika sudah berada di dalam ruang kantor DKP.
Kantor DKP di Jl Antartika Buduran, awalnya tak ubahnya seperti kantor lain yang desainnya kaku, kering dan beraroma birokratis. Adalah Bachrul Amig, mantan Camat Taman yang ditunjuk menjadi Kepala DKP pada 2014, telah mempersolek kantor itu menjadi kantor yang teduh, nyaman dan ramah. Suguhan irama gending Jawa dibalut dengan ocehan burung Kenari terasa menyejukkan. Amig juga membuat sentuhan total bangunan di lantai dua yang di pojok baratnya dijadikan kafe. Kafe itu  dilingkari dengan air mancur yang merembes di dinding, serta kursi santai.  “Saya ingin mendekatkan suasana alam pedesaan dalam kantor ini,” ujar Amig saat berbincang dengan Bhirawa di kafe itu kemarin.
Jangan berharap di kafe itu ada menu modern seperti steak daging, burger atau piza. Yang disediakan menu ubi-ubian, seperti kacang godok, tales, polo pendem. Minuman yang populer hanya wedang kopi dan wedang teh. Di sebelah timur lantai dua, ada ruangan khusus untuk bermain biliar. Semua fasilitas ini disediakan untuk semua karyawan, tanpa terkecuali.
Amig menggunakan waktunya untuk menerima tamu tidak dilakukan di ruang kerja tetapi ada kalanya dilakukan di kafe DKP. Di tempat ini para tamu bisa merokok dengan bebas dalam suasana rileks. Kenyamanan diperlukan dalam bekerja, itulah filosofi yang dia anut. Karena itu ia selalu berinovasi di tempat kerjanya mulai menjadi Camat Krembung, Camat Krian dan Camat Taman. Di tiga kantor kecamatan itu diberi sentuhan berbeda yakni dengan motif alam pedesaan.
Kantor DKP memang berciri khas beda dibanding kantor lain,  yang klop dengan suasana kantor ini adalah pendopo kabupaten. Gapura pendopo dibangun dengan batu alam dengan motuf hijau dan hitam. Menyerupai batu candi. Sementara di bangunan pendopo kantor dengan batu batu kuno bercorak cokelat.
Amig tidak hanya pandai mendesain kantornya, inovasi klasiknya juga ditumpahkan di fasilitas umum. Misalnya jalur hijau Aloha, Kec Gedangan, dipasang sebuah menumen perahu. Perahu ini aslinya berwujud reyot yang di daur ulang dengan warna-warni yang kontras. Di jalur hijau Jl Jenggolo, Sidoarjo, ditempatkan sepeda ontel sebagai monumen di tengah tanaman tropis.
Pikirannya selalu bergerak untuk melakukan perubahan untuk mempercantik wajah kota. Walaupun diakui pernghijauan di Sidoarjo masih kalah telak di banding Surabaya. Anggaran Surabaya yang super jumbo untuk membangun wajah kota tidak sebanding dengan anggaran DKP Sidoarjo. Namun Amig berusaha keras tanaman di jalur hujau dan dan pohon yang di tanam di jalur pedestrian harus indah.
Awalnya menjabat, ia mengaku sangat obsesif dengan pohon Pule. Pohon ini terbilang cukup mahal karena batangnya sudah besar dan tumbuh liar di dalam hutan. Jarang sekali tumbuh di Sidoarjo. Pohon ini tergolong langka, konon menjadi tempat bernaung mahluk halus. Batangnya sebenarnya memiliki karakter kokoh, bercabang bak lengan raksasa. Dan daunnya tebal dan tidak mudah rontok. Sayangnya pohon ini tidak cocok dengan iklim Sidoarjo. Ada beberapa pohon Pule yang ditanam di alun-alun eks Pasar Porong akhirnya mati. [hds]

Tags: