Generasi Millenial dan Demokrasi di Indonesia

Demokrasi memiliki arti universal yang dijabarkan dengan sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Konsep demokrasi seperti ini dimaknai sebagai sistem pemerintahan yang menguntungkan untuk rakyat. Tapi menguntungkan yang seperti apa? Bahkan pemahaman seperti ini, hanya formal di dapatkan oleh para remaja saat pelajaran kewarganegaraan.
Tetapi setelah itu? Ya sudah. Hilang. Tidak peduli lagi. Jika dengan seperti ini, apa yang seharusnya kita perbuat? Banyak koreksi dalam keseharian dan juga pola pikir remaja Indonesia, khususnya saat ini yang sibuk dengan diri sendiri tanpa mempedulikan negaranya.
Mari kita bicara tentang Demokrasi Pancasila. Mungkin mereka tidak sepenuhnya mengerti mengapa Demokrasi ini di jabarkan lagi menjadi Demokrasi Pancasila. Bahkan untuk mencari perbedaanya saja sangat susah. Lantas, bagaimana kehidupan Indonesia ditangan mereka?
Berkaca dari Demokrasi Indonesia saat ini yang sudah tidak murni lagi. Karena telah tergores korupsi, suap dimana mana, hukum yang tidak adil bagi mereka yang tidak punya koneksi. Miris melihatnya. Kita termasuk negara dengan angka korupsi di nomor 14 se-Asia Pasifik. Bisa saja turun atau tambah melejit menjadi pemegang posisi puncak?
Tidak hanya remaja, bahkan masyarakat Indonesia terpecah belah karena perbedaan pendapat. Apalagi dengan maraknya tagar #2019gantipresiden baik yang pro maupun kontra. Sensitif sekali memang. Ditambah dengan banyaknya HOAX yang menyebar ke seluruh Tanah Air. Tapi seharusnya remaja Indonesia mampu menjadi mediator terbaik agar dua pendapat itu bisa berjalan berdampingan menuju Indonesia yang lebih layak. Tidak menuntut sempurna, tapi setidaknya membawa Indonesia lebih sejahtera.

Arul Ahlaki
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur

Tags: