Generasi Millenial dan K-Pop

Oleh :
Ayu Kartika Dewi
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Di era Millenial ini, kita sudah tidak asing dengan yang namanya K-Pop. Segala macam bentuk dari negeri ginseng yang disuguhkan di masyarakat kita pasti cukup di gandrungi banyak sekali muda – mudi, terlebih lagi untuk kaum perempuan di Indonesia. Mungkin tidak hanya bentuk musiknya saja, bisa juga untuk makanan, fashion, makeup, film dan lain lain. Banyak hal yang bisa kita tilik dari fenomena Korean Culture yang sedang terjadi di Millenial kita.
Banyak dari mereka menjadikan musik hanya sebuah sajian di kala kita lelah atau penat menjalani aktivitas sehari – hari. Namun bagaimana jika musik jenis K-Pop ini menjadi panutan dari banyaknya Millenial di Indonesia? Berbagai dampak kemudian bisa terlihat mulai dari yang positif hingga ke hal hal yang negatif. Tak pelak hal ini sering menjadi kontroversi tersendiri antara kalangan penyuka maupun yang bukan penyuka dari jenis musik K-Pop tersebut.
K-Pop sendiri lahir pada 1992, kemudian mulai menaruh pasarnya ke Indonesia pada tahun 2000an. Yang mana di tahun tersebut di mulai dari film korea atau drama korea yang memiliki banyak part di dalamnya. Seperti Winter Sonata dan Full House yang langsung mempunyai tempat di hati penonton Indonesia. Sampai pada akhirnya memasarkan musiknya juga dan Millenial saat itu sangat memberi wadah untuk K-Pop. Jadi K-Pop semakin besar karena antusiasme mereka.
Perlu kita ketahui, bahwa hampir semua artis atau idola K-Pop banyak sekali mengerahkan waktu mereka hanya untuk berlatih semasa trainee. Bahkan ada pula yang secara berlebihan hingga menyakiti dirinya sendiri hanya demi di debutkan menjadi artis pada sebuah girl group maupun boy group. Kerja keras, ketangguhan, dan kekompakkan mereka yang banyak melatarbelakangi K-Pop fans atau K-Popers ini menjadikan mereka stan atau panutan.
Selain fakta kecil tadi, salah satu alasan Millenial kita menggemari K-Pop adalah makna atau arti dari karya lagu mereka bisa membangkitkan semangat ke hal yang lebih positif lainnya. Juga para fans ini memiliki sebuah lingkaran pertemanan yang dirasa cukup kuat, entah bisa kita lihat dari berbagai kegiatan yang mereka ciptakan dilapangan maupun melalui media sosial. Tidak sedikit juga dari mereka melakukan kegiatan amal disetiap event yang ada.
Namun segala hal positif pasti diikuti sisi negatifnya jika tidak meminimalisir Korean Wave yang sedang terjadi meskipun bukan baru baru ini.
Kita bisa melihat euphoria masyarakat Millenial pada setiap konser musik K-Pop. Mereka begitu antusias sekali karena bisa jadi konser tersebut sangat langka dan banyak sekali dari generasi kita rela merogoh kocek dalam demi bisa menikmati konser musik bersama dan juga bisa bertemu sang idola. Adapun juga orangtua yang memberikan tiket konser menjadi hadiah ulang tahun. Fanatisme inilah yang sering sekali kita lihat pada penggemar Korean Pop di era Millenial.
Terlebih lagi sampai memuja – muja idola yang mereka banggakan setiap harinya, kemudian efeknya adalah produktivitas belajar semakin menurun karena setiap hari hanya menikmati musik, video, dan apapun yang mereka jual dan tontonkan pada Millenial kita. Generasi kita terus di cecar oleh budaya tersebut tanpa ada pengawasan yang baik mulai dari orang tua. Banyak dari mereka juga yang masih belia sudah menggilai K-Pop tanpa mengerti efek apa yang akan terjadi.
Entah itu menirukan style yang tidak cocok dengan budaya kita sendiri, rela membeli barang barang mahal berbau K-Pop demi terlihat ke-koreaannya. K-popers belakangan ini lebih menjadikan musiknya sebagai kiblat tersendiri akibat pengaruh Korean Wave yang dirasa berlebihan hingga mampu menghilangkan jati diri dan menjadi asing dengan budaya Indonesia. Banyak juga dari K-popers Millenial saat ini sangat sensitif jika disinggung soal kegemarannya tersebut.
Tidak heran juga dari generasi Millenial lebih mementingkan update dari idolanya ketimbang belajar atau melakukan hal positif lainnya. Lalu juga membuat tameng dengan kalangan K-Popers ketika ada segelintir orang yang mulai menganggu kegemaran mereka ini, ada pula yang down karena tidak sedikit juga orang awam tersebut menganggap mereka alay dan lebay.
Kita bisa menjadi Millenial yang pandai memilah – milah sebuah arus atau gelombang yang datang, terfokus dari K-Pop itu sendiri. Lebih baiknya, generasi ini tetap menumbuhkan rasa cinta tanah air dan seharusnya bangga dengan kekayaan budaya yang kita miliki. Hiburan tetaplah hiburan, tidak sampai dari kaum Millenial kita menjadkani industri musik untuk sebuah panutan yang merugikan diri kita sendiri jika tidak di kelola efeknya dengan baik.
Bisa juga kesempatan bekerja dilakukan, dengan berjualan merchendise secara online dan hal hal lain yang berbau K-Pop yang pastinya sudah banyak berjamur di Indonesia.
Dan terbukti dari mereka mempunyai hal produktif. Inilah kenapa pasar industri musik Korean Pop sangat tumbuh subur di Indonesia. Bahkan, dari K-Pop sendiri mampu mempererat hubungan diplomatis antara Indonesia dan Korea Selatan.
Tujuan K-Pop seharusnya hanya untuk melepas depresi, bukan menjadi sesuatu yang merugikan.
Menjadi diri sendiri lebih penting dan mulai menciptakan karya – karya untuk berprestasi. Bisa kita terinspirasi melalui usaha usaha para idola kita untuk mencapai kesuksesan atau boleh juga mengeksplor dan mengasah bakat melalui K-Pop.
——— *** ———–

Rate this article!
Tags: