Generasi Millenial Indonesia

Arul Ahlaki

Arul Ahlaki
Datangnya generasi millenial saat ini menjadi daya tarik tersendiri untuk dicermati. Tak terkecuali di mata Arul Ahlaki, seorang mahasiswa jurusan Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, yang sangat tertarik mengupas keberadaan generasi milenial di era demokrasi Indonesia terkini.
Kata Arul-panggilan karibnya, demokrasi memiliki arti yang sangat universal yang bisa dijabarkan dengan sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi ini, menurut Arul, dapat dimaknai sebagai sistem pemerintahan yang berpihak kepada rakyat.
Adanya pemahaman tersebut, menurut Arul, dapat diartikan sebagai penafsiran formal semata karena mirip seperti remaja saat mendapatkan pelajaran kewarganegaraan namun setelah itu selesai dan bahkan hilang serta tidak peduli lagi. Jika pengertiannya seperti ini, ujar Arul, pasti ada yang harus diperbuat. “Harus dengan banyak koreksi dalam keseharian kita. Sebab pola pikir remaja Indonesia, khususnya saat ini yang terlalu sibuk dengan diri sendiri,” ucap Arul.
Masih kata Arul, itu baru sebatas membahas demokrasi dan belum sampai ke materi demokrasi Pancasila. Arul mengakui, mungkin para generasi milenial tidak sepenuhnya mengerti mengapa demokrasi ini perlu di jabarkan menjadi demorasi Pancasila. Bahkan, tegas Arul, untuk mencari perbedaannya saja sangat susah dan harus dipotret seperti apa kehidupan Indonesia ditangan generasi milenial.
Jika berkaca dari Demokrasi Indonesia saat ini, tegas Arul, yang sudah tidak murni lagi karena tergores korupsi, suap dan hukum yang tidak adil. “Kami melihat kondisi ini sangat miris. Apalagi kita termasuk negara dengan angka korupsi nomor 14 se-Asia Pasifik,” ungkap Arul.
Pria asli Situbondo itu menambahkan, banyaknya perbedaan pendapat dikalangan remaja dan sebagian besar masyarakat Indonesia dapat saja menimbulkan perpecaan. Apalagi dengan maraknya tagar #2019 ganti presiden dengan segala pro-kontranya akan menimbulkan sensitifitas ditengah masyarakat. Ditambah lagi dengan banyaknya hoax yang menyebar ke seluruh penjuru tanah air.
“Tetapi ditangan remaja Indonesia harus mampu menjadi mediator terbaik agar dua pendapat itu bisa berjalan berdampingan menuju Indonesia yang lebih maju. Remaja itu tidak menuntut sempurna, tetapi setidaknya dapat membawa Indonesia kedepan lebih sejahtera lagi,” papar Arul.
Lebih jauh Arul menilai kondisi ini sebenarnya bisa diminimalisir dengan melakukan instrospeksi diri dan memantapkan kembali nasionalisme yang sudah lama tidur. Disisi lain, aku Arul, Pemerintah harus berjalan transparan agar masyarakat dimasa mendatang lebih percaya kepada pemerintah itu sendiri. Bagi Arul, adanya hukum indonesia yang terkenal dengan stigma
“Tajam ke bawah tumpul ke atas” harus segera diperbaiki dengan tidak membedakan golongannya serta harus netral. “Remaja Indonesia kedepan harus mampu mengubah ini semua karena memiliki potensi yang kuat untuk mengantarkan dan mewujudkan Indonesia Emas 2045,” pungkas Arul. [awi]

Rate this article!
Tags: