Generasi Muda Diminta Yakin Konstruksi Negara Dibentuk ”Founding Father”

Sarasehan ‘Refleksi Resolusi Jihad’ di Masjid Al-Haromain, Kompleks Unwaha, Tambak Beras, Jombang, Kamis malam (17/10).
[Arif Yulianto/ Bhirawa]

Jombang, Bhirawa
Dalam momentum Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2019, salah satu kegiatan yang diadakan dari sekian rangkaian kegiatan yakni Sarasehan ‘Refleksi Resolusi Jihad’ di Masjid Al-Haromain, Kompleks Universitas KH. A. Wahab Hasbullah (Unwaha), Tambak Beras, Jombang, Kamis malam (17/10). Dua pembicara/ narasumber dihadirkan pada diskusi tersebut yakni, Ketua Panitia peringatan HSN 2019 di Kabupaten Jombang, Gus Jauharuddin Al-Fatih, dan Sastrawan Binhad Nurrohmat.
Gus Jauharuddin Al-Fatih menegaskan, dengan refleksi Resolusi Jihad itu, pihaknya ingin memberikan pesan moral kepada masyarakat terutama kepada para generasi muda yakni bahwa, Negara Indonesia ada bukan karena pemberian dari bangsa lain, melainkan karena jerih payah dan perjuangan seluruh Bangsa Indonesia.
“Negara ini bukan pemberian NICA, Jepang, Belanda, atau siapapun, tapi ini merebut. Kita ada momentum yang sangat spesnya sangat sempit, dan itu bisa diambil dengan cerdik oleh Bangsa Indonesia. Maka kemerdekaan kita adalah hasil jerih payah sendiri, bukan pemberian,” ujar Gus Jauharuddin saat diwawancarai usai acara.
Dielaborasikan pada konteks kekinian, lanjut dia, jangan sampai sampai jerih payah leluhur tersebut kemudian dibongkar ulang dan direvisi sehingga Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang labil. Dikatakannya, konstruksi negara yang sudah dibentuk oleh para founding father Bangsa Indonesia sudah sangat tegas dan jelas dan harusnya sidah tidan perlu lagi dibongkar dengan imajinasi lain tentang negara belum tentu bisa didapatkan seperti halnya Negara Kesatuan Republik Indonesia seperi saat ini.
“Maka terhadap generasi muda, yakinlah terhadap apa yang founding father kita telah dasarkan. Yakinlah dengan apa yang telah diperjuangkan, dan arah yang telah dituju oleh para pendahulu. Kita hanya meneruskan. Yakinlah bahwa meneruskan ini tidak salah, meneruskan ini merupakan hal yang sangat penting,” papar dia.
Sementara itu, Sastrawan Binhad Nurrohmat menjelaskan, munculnya Resolusi Jihad tahun 1945 berawal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang pertimbangannya pada waktu itu mungkin komunitas muslim tradisional masih mayoritas hingga saat ini. Hal tersebut menurutnya menjadi salah satu dasar sosiologis sehingga Resolusi Jihad akan menjadi efektif melalui masyarakat NU karena pada waktu itu ada keinginan untuk melibatkan orang sebanyak mungkin untuk melakukan perlawanan terhadap upaya kembalinya NICA ke Indonesia.
“Panglima Soedirman saya kira punya dasar itu ketika meminta Soekarno (Bung Karno) menghubungi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim),” terang Binhad Nurrohmat.(rif)

Tags: