Gengsi Itu Sudah Habis Saat Jadi Loper Koran

Shobikin Amin

Shobikin Amin
Ada banyak cerita orang sukses dimulai dari tempatnya yang paling rendah. Cerita itu juga disuguhkan Shobikin Amin. Menjadi tenaga pengajar di STIE Mahardika sebagai pengampu mata kuliah kewirausahaan adalah tantangan tersendiri baginya. Lama sebelum itu, Shobikin menyambung hari-harinya dengan keuntungan rupiah dari menjadi loper koran.
“Pernah menjadi loper koran bukanlah cerita kelam. Justru dari situ saya memiliki pelajaran penting tentang gengsi. Sekarang gengsi saya sudah habis untuk mengejar suatu kebaikan,” terang Shobikin.
Pria kelahiran Solokuro, Lamongan itu mengatakan, sebagai dosen kewirausahaan dia tidak sungkan bercerita tentang bagaimana dia berproses. Justru menurutnya, gengsi seringkali menjadi penghalang bagi orang-orang yang akan memulai usaha. Pelajaran penting itu pula yang sering dia sampaikan pada mahasiswa di kelasnya.
“Persisnya saat saya menjadi mahasiswa S1 di Umsida (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo) tahun 2000 sampai 2005. Saya menjadi loper koran dan hidup dari keuntungannya,” kata dia.
Kendati hanya seorang loper koran, saat kuliah Shobikin dikenal cukup punya prestasi. Hal itu ditunjukkannya dengan mendapatkan kepercayaan menjadi Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo. “Sekarang lebih banyak lagi yang bisa kita kerjakan untuk kebaikan. Saya tidak gengsi menjadi dosen sekaligus beternak kambing dan sapi di rumah,” kata dia.
Keberhasilan seorang dosen kewirausahaan, kata dia, adalah menjadikan mahasiswa bimbingannya lahir sebagai wirausahawan-wirausahawan baru. Karena itu, para mahasiswa yang masih muda-muda itu harus mampu menguasai ego dan gengsinya.
Ketika gengsi, lanjut dia, sudah dapat dikuasai, maka menjalankan pekerjaan apapun akan terasa ringan. Bahkan sikap totalitas bisa ditunjukkan. Itu pun yang menjadi modal baginya kini mencoba masuk ke dunia politik. “Politik menjadi pilihan baru bagi saya. Untuk saya pribadi, menjadi pengajar di kampus saja tidak cukup untuk bisa menebar kebaikan sebanyak mungkin. Perlu usaha dan jalan lain untuk meraihnya,” kata Shobikin.
Karir di dunia politik itu pun mulai terang kini. Shobikin menjadi bagian vital dalam membidani Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang baru disahkan Kemenkum-Ham satu tahun lalu. Dia terpilih sebagai Ketua PSI Jatim tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai pengajar di perguruan tinggi. “Tidak ada obsesi terlalu tinggi. Tapi kalau nanti saya bisa jadi Menteri Koperasi dan UMKM pasti menarik,” kelakarnya lalu tertawa. [tam]

Tags: