Genjot Produksi Beras

Produksi beras nasional selama panen raya Maret hingga Mei 2022, belum aman benar untuk mencukupi kebutuhan konsusmsi nasional. Diperlukan berbagai upaya “merayu” petani tetap bekerja optimal. Terutama ketersediaan benih, dan pupuk yang murah, dan tidak langka saat dibutuhkan. Pemerintah juga perlu mem-fasilitasi KUR (Kredit Usaha Rakyat) penggilingan padi bisa memborong gabah dan padi rakyat. Serta diperlukan regulasi daerah untuk menguatkan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Ciri khas suasana panen raya, adalah menurunnya harga gabah. Sudah terjadi di berbagai daerah, harga gabah dinilai Rp 4.760,- per-kilogram. Padahal seharusnya berdasar patokan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering giling sebesar Rp 5.250,- per-kilogram di tingkat penggilingan dan Rp 5.300,- di gudang Perum Bulog. Serta pelepasan beras di gudang Bulog seharga Rp 8.300 per-kilogram. Sehingga pemerintah perlu melakukan intervensi harga saat panen raya.

Spekaluasi selalu terjadi saat panen raya. Tetapi yang mencemaskan, adalah spekulasi harga bahan pangan mendompleng berbagai isu. Termasuk pandemic, dan perang (invasi) Rusia pada Ukraina. Walau kedua negara memasok pupuk (urea, dan unsur NPK) terbesar dunia. Realitanya, kinerja sektor pangan pada tahun (2021), cukup gemilang. Bahkan seluruh propinsi bisa ekspor, dengan tujuan ke 124 negara Asia, Australia, Amerika, dan Eropa. Komoditas ekspor total sebanyak 1,3 juta ton, senilai Rp 14,4 trilyun.

Diharapkan ekspor komoditas pertanian tahun (2022) ini mencapai Rp 451,77 trilyun. Terbukti, kinerja sektor pangan tidak terdampak perang Rusia vs Ukraina. Juga nyaris tidak terpengaruh pandemi. Sehingga pemerintah patut “meng-apresiasi” prestasi sektor ke-pertani-an dengan berbagai fasilitasi. Terutama kemudahan pemasaran hasil panen dengan harga layak. Serta ketersediaan benih untuk menjamin olah ladang berkelanjutan. Juga fasilitasi permodalan.

Pembelian gabah untuk BLT (Bantuan Langsung Tunai), menjadi salahsatu pembelian pemerintah cukup besar. Beras (dan sembako lainnya) jatah bulan Juni akan diajukan pada awal Mei. Jumlahnya sekitar 440 ribu ton, dengan nilai sekitar Rp 2 trilyun. Begitu pula kebutuhan beras untuk zakat fitrah diperkirakan mencapai 404,25 ribu ton, akan menyerap hasil panen bulan Maret – April. Patut dipahami, bahwa harga beras untuk zakat fitrah minimal senilai Rp 12.000,- per-kilogram, merupakan harga pasar terbaik.

Panen padi masih akan berlanjut sampai bulan Mei. Beberapa daerah bahkan mulai tanam padi lagi, karena persediaan air masih cukup melimpah. Sehingga bulan September akan panen ketiga. Selanjutnya ladang padi akan jeda, berganti palawija. Total panen padi tahun 2022, menurut perhitungan Kementerian Pertanian, akan terjadi surplus, berpotensi ekspor. Tetapi surplus (stok melimpah), juga bisa menyebabkan penurunan harga gabah dan beras.

Perlu intervensi pemerintah mencegah kerugian petani pada saat musim panen. Beberapa program yang patut di-siaga-kan, adalah pemberian benih secara gratis, dan pupuk bersubsidi. Benih dan pupuk harus tersedia tepat waktu, dan mudah diperoleh. Konon, pemerintah juga memberi fasilitasi KUR pada penggilingan padi. Telah terealisasi sebesar 75% (dari plafon senilai Rp 4 trilyun). Pemerintah melalui Toko Tani Indonesia (TTI) juga memberi subsidi ongkos kirim untuk Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), berupa benih gratis.

Tidak mudah mempertahankan swasembada beras. Masih diperlukan usaha sistemik pemerintah, terutama modernisasi alsintan (alat dan mesin pertanian). Usaha ke-pertani-an masih tergolong in-feaseable (tidak layak). Sehingga perlu effisiensi. Terutama mesin panen untuk me-minimalisir faktor kehilangan (terbuang) pada saat panen. Pemerintah juga masih perlu meningkatkan cakupan “kartu tani” sebagai bekal wajib petani memperoleh pupuk bersubsidi.

——— 000 ———

Rate this article!
Genjot Produksi Beras,5 / 5 ( 1votes )
Tags: