GenRe Ceria Ampuh Tekan Angka Perceraian dan Pernikahan Dini

Sekretaris BKKBN Provinsi Jawa Timur, Shodiqin, SH, MM dan Anggota DPR RI, DRA Lucy Kurniasari berswafoto bersama pelajar SMA Negeri 1 Waru, Kabupaten Sidoarjo, Selasa (6/11) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Jumlah penduduk di Jawa Timur terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan, menjadi wilayah terpadat di Indonesia setelah Jawa Barat. Tercatat, ada 39 juta jiwa dengan didominasi usia produktif sekitar 60 persen. Meski demikian, Pemprov Jatim melalui BKKBN telah memiliki program Generasi Berencana (GenRe Ceria) untuk mengatasinya.
Hal ini disampaikan Sekretaris BKKBN Provinsi Jawa Timur, Shodiqin, SH, MM saat Sosialisasi Pembangunan Keluarga Bersama Mitra Tahun 2018 di SMA 1 Waru Kabupaten Sidoarjo, Selasa (6/11) kemarin.
Dihadiri juga Anggota DPR RI, DRA Lucy Kurniasari dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Keluarga Berencana (PMD P3A KB) Sidoarjo, Drs M Ali Imron.
Menurut Shodiqin, Program GenRe Ceria merupakan sosialisasi tentang pendewasaan usia perkawinan kepada para remaja. “Jumlah penduduk di indonesia terpadat di dunia nomor 4 setelah Cina India dan Amerika. Di Jatim peringkat ke dua di indonesia setelah Jabar. Sosialisasi ini sangat efektif di kalangan pelajar dan mahasiswa. Ternyata mereka baru tahu apa itu GenRe Ceria,” katanya kepada Bhirawa.
Shodiqin menjelaskan, dengan adanya sosialisasi kali ini para remaja yang masih sekolah bisa merencanakan kedepan. Mulai dari sekolah, merencanakan pekerjaan dan juga pernikahannya. Setelah itu, lanjutnya, merencanakan berapa anak yang akan dilahirkan.
“Ini sesuai dengan visi dari BKKBN yaitu penduduk tumbuh seimbang. Dengan rata-rata pasangan usia subur itu mempunyai hanya anak 2. KB bukan membatasi jumlah kelahiran, tetapi mengatur jarak kelahiran,” terangnya.
Kalau program sudah disosialisasikan dan masyarakat sadar, kata Shodiqin, secara otomatis program BKKBN akan berjalan. Dengan dimulai dari remaja, pihaknya berharap program KB sudah dikenal saat sudah berkeluarga.
“Boleh lebih dari 3 (anak, red) asalkan bisa memenuhi segala kebutuhan, baik dari pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan dari rumah tangga tersebut,” bebernya.
Pihaknya menambahkan, usia ideal menikah bagi laki-laki 25 tahun dan perempuan 21 tahun. Dengan harapan, kesehatan reproduksi dari perempuan sudah siap. Selain itu juga untuk mengantisipasi angka perceraian.
“Jadi bukan hanya akil baligh boleh menikah, tetapi memang telah disiapkan. Kita juga menghindari kalau terjadi pernikahan dini itu risiko perceraian tinggi. Karena di Jatim ada indikasi bahwa perceraian tinggi rata-rata dari pasangan dengan usia muda,” tambahnya.
Sementara, Anggota Komisi IX DPR RI dari fraksi Partai Demokrat Lucy Kurniasari, pihaknya mendorong sosialisasi bersama mitra kerja BKKBN agar di laksanakan secara terus menerus. Pasalnya ia menganggap sosialisasi tersebut sangat bermanfaat.
“Ketika kita memberikan sosialisasi dan edukasi GenRe Ceria kepada kalangan remaja, setidaknya bisa mencegah tingginya angka pernikahan usia dini di Jawa Timur dan bahaya seks sebelum menikah,” harapnya.
Kemudian yang tak kalah pentingnya, perempuan mantan Ning Surabaya tahun 1986 itu menambahkan bahaya menikah di usia dini bisa merusak secara mental dan fisik kedua pasangan.
“Saat mental dan fisik yang belum siap kemudian kita paksakan menikah di usia dini dan belum terencana, maka untuk menciptakan keluarga yang sejahtera ya pasti tidak akan bisa,” pungkas Lucy Kurniasari yang juga akan maju Caleg DPR RI Dapil Jatim 1 Surabaya-Sidoarjo ini. [geh]

Tags: