Gerakan Kembali ke Perpustakaan

khoirun-nisak-spdjpgOleh :
Khoirun Nisak, SPd
Guru SD Taman Pendidikan Islam Gedangan, Sidoarjo

Minat baca generasi muda saat ini masih relative rendah. Kondisi ini setidaknya terbaca dari sepi dan kurang diminatinya perpustakaan untuk dikunjungi. Sepinya perpustakaan sungguh menyedihkan karena sejatinya dengan membaca, pandangan menjadi terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya, Padang Ekspress ( 9/11).
Membaca adalah jendela informasi dunia. Demikian slogan yang sering kita dengar dan terlihat menempel di dinding ruang kelas dan perpustakaan. Namun, sepertinya slogan tersebut hanya sebatas memperindah ruangan dan sekadar pajangan semata?
Perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum seringkali terlihat lengang dan hanya memperlihatkan jajaran buku tanpa pembaca. Bertolak belakang dengan kondisi yang terlihat di tempat-tempat perbelanjaan yang ramai dikunjungi. Generasi muda saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di tempat-tempat hiburan maupun tempat perbelanjaan daripada berlama-lama di perpustakaan untuk menikmati koleksi bacaannya.
Rendahnya minat membaca ini, bukanlah murni kesalahan generasi muda. Tetapi orangtua dan lembaga pendidikan tempat mereka bersosialisasi juga ikut andil menciptakan kondisi rendahnya minat baca ini.
Keluarga sebagai tempat sosialisasi pokok bagi seorang anak, tidak seluruhnya mau dan mampu memberikan fasilitas serta pengkondisian agar putra putrinya gemar membaca. Naasnya lagi, tidak banyak orangtua yang memberikan teladan dengan menggemari kegiatan membaca sebagai pembiasaan.
Sebagai tempat sosialisasi kedua, tidak banyak lembaga pendidikan yang menyediakan perpustakaan dengan lahan yang cukup luas, dengan fasilitas pendingin ruangan dan kenyamanan bagi pembacanya. Seringkali suasana perpustakaan terlihat kumuh, dengan koleksi buku seadanya dan tahun terbitan yang tidak up to date. Padahal, semestinya dilakukan pembaruan koleksi buku secara berkala, sehingga pengetahuan yang dapat diambil siswa juga bersifat pembaharuan.
Perpustakaan sekolah tidak didesign senyaman mungkin. Bahkan terkesan kaku. Tempat duduk diatur berjajar layaknya di ruangkelas, seakan memaksa pembacanya untuk tidak santai dan menikmati aktivitas membaca. Akhirnya, siswahanya terpaksa ada di perpustakaan apabila ada tugas dari bapak ibu guru.
Menurut Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni, keberadaan perpustakaan yang nyaman dan menarik hati pengunjung menjadi salah satu kunci menarik minat masyarakat untuk membaca disamping koleksi buku-buku yang disediakan, Padang Ekspress (9/11).
Lebih fatalnya lagi, apabila sarana perpustakaan itu hanya berfungsi memenuhi Standar pelayanan minimal (SPM). Pihak sekolah hanya menyediakan sarana ini untuk memenuhi indicator dalam instrument akreditasi sekolah. Jika ini menjadi tujuan didirikannya perpustakaan di sekolah, jangan berharap tercipta adanya kehidupan dalam perpustakaan tersebut.
Pelayanan di perpustakaan tersebut hanya akan diberikan seadanya, oleh petugas yang bahkan tidak berlatar belakang pendidikan kepustakaan, sehingga tugasnya hanya sebagai penunggu tanpa memberikan kontribusi bagi pemustakanya.
Dijelaskan dalam UU 43/2007 bahwa Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guna mensukseskan tujuan tersebut, perlua danya kerjasama antar kepala sekolah, guru, siswa, petugas perpustakaan, pemangku kepentingan lainnya. Termasuk dalam hal ini seluruh warga sekolah.
Sebagai sebuah gerakan kembali ke perpustakaan, sekolah memiliki porsi yang besar untuk ikut andil di dalamnya. Di antaranya bisa dilakukan dengan memberikan jadwal rutin bagi siswa untuk membaca bebas di perpustakaan sekolah. Setiap kelas secara bergantian diberikan kesempatan untuk memilih koleksi bacaan sesuai dengan kegemarannya.
Pemberdayaan perpustakaan sebagai pusat informasi perlu menjadi skala prioritas. Pembelajaran dan pelatihan perludiberikan kepada penjaga perpustakaan sekaligus pengunjung perpustakaan khususnya siswa. Pelatihan yang berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan katalog untuk menemukan buku yang dibutuhkan, menjadi penting untuk efektifitas pemanfaatan perpustakaan.
Sehubungan dengan penataan buku dan koleksi lainnya, tidak ada salahnya melibatkan siswa untuk membantu di sela-sela jam belajarnya maupun waktu istirahat. Hal ini juga bermanfaat untuk menumbuhkan minat siswa berinteraksi dengan buku. Dengan harapan lain bahwa siswa akan tertarik, mencoba membaca, akhirnya keranjingan membaca.
Menurut Rosyidah dalam (Susanto, 2014: 60) Minat pada diri seseorang dibedakan menjadi dua. Pertama minat yang timbul dari pembawaan. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Berangkat dari pemahaman itu, Minat yang timbul dari pembawaan tidak bisa ditawar. Namun, minat yang berasal dari pengaruh luar itulah dapat di ciptakan dengan sebuah pembiasaan.
Guru dapat juga berpartisipasi dalam gerakan kembali ke perpustakaan. Jangan pernah ragu untuk memanfaatkan perpustakaan dalam pembelajaran. Bukan hanya melalui pelajaran bahasa Indonesia saja siswa dapat mengeksplorasi kegemaran membaca mereka. Melainkan mata pelajaran lainnya dapat dikondisikan untuk memanfaatkan koleksi perpustakaan sekolah. Sebagai contoh, dalam pelajaran IPS dan PKn. Guru dapat meminta siswa melakukan studi kepustakaan dan membuat laporan bacanya.
Pembiasaan lain dapat diciptakan oleh orang tua dalam keluarga kecil mereka. Bukan sebuah hal yang sulit untuk menciptakaan perpustakaan pribadi di rumah. Dengan usaha ini setidaknya interaksi siswa dengan buku menjadi konsisten.
Meluangkan waktu untuk membaca bersama di rumah, bukanhal yang tidak mungkin. Kebersamaan ini dapat dimulai dengan aktivitas membaca bebas. Selanjutnya dapat dilakukan secara perlahan untuk memberikan koleksi buku yang lebih bervariatif.
Pergi ke took buku dan menikmati koleksi terbaru dapat menjadi tamasya berkualitas bagi putra putrid kita. Hal ini tentunya lebih bermanfaat daripada membuang waktu liburan atau waktu luang tanpa ada kebersamaan keluarga.
Akhirnya, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Mewujudkan generasi yang keranjingan membaca buku, dengan gerakankem bali ke pepus. Mari menjadi sebuah bangsa yang kuat dan mampu menggenggam dunia dengan membaca.

                                                                                                             ———– *** ————

Rate this article!
Tags: