Gerakan Literasi SDN Magersari 2 Kota Mojokerto

Siswa kelas 3 SDN Magersari 2 Kota Mojokerto antusias ketika diajak untuk berliterasi gambar, Kamis (10/1) kemarin.

Gelorakan Gemar Membaca dengan Literasi Gambar
Kota Mojokerto, Bhirawa
Masyarakat Jepang dikenal sangat gemar membaca. Di mana-mana dijumpai mereka asyik membaca buku daripada memegang gawai seperti warga Indonesia. Hal ini dikarenakan, adanya komitmen bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam hal budaya membaca. Inilah yang menjadikan Jepang sebagai negara yang maju dan berpengetahuan luas.
Sebagai negara yang dikenal dengan minat baca rendah, Indonesia mulai berbenah diri akan pentingnya budaya membaca ini. Sampai-sampai pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan seluruh siswa Indonesia untuk membaca melalui gerakan 15 menit membaca setiap harinya. Gerakan yang dimaksudkan adalah gerakan literasi. Belakangan masyarakat semakin tahu bahwa gerakan literasi itu tidak sekadar membaca.
Banyak kegiatan pendukung yang dikategorikan sebagai kegiatan literasi. Seperti misalnya ketika 40 siswa kelas 3 SDN Magersari 2 Kota Mojokerto diajak untuk berliterasi gambar, Kamis (10/1) kemarin. Para siswa tampak antusias dengan kegiatan literasi ini.
“Sebelum pembelajaran dimulai, saya memberikan buku cerita kepada siswa. Satu siswa mendapatkan satu buku cerita. Sengaja saya memilihkan buku cerita yang tak bergambar, full text. Ada beberapa subjudul dalam buku tersebut. Saya meminta mereka memilih salah satu subjudul untuk dibaca. Setelah membaca, mereka menuangkan isi cerita tersebut dalam sebuah gambar. Saya memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggambar sesuai imajinasi mereka,” terang Diannita guru kelas 3.
Menurut Dianita, ada banyak manfaat dari kegiatan literasi gambar ini. Pertama, melatih anak merekam dan mengingat cerita yang telah dibaca. Kedua, melatih kemampuan anak untuk berimajinasi. Siswa diberikan kebebasan untuk menggambar sesuai dengan kreativitasnya berdasarkan cerita yang telah dibaca.
“Hari ini saya membaca dongeng berjudul “Timun Mas”. Saya menggambar sebuah timun yang di dalamnya ada seorang bayi,” tutur Hazel salah seorang siswa sambil menunjukkan gambarnya.
Nah, untuk menghindari siswa yang asal menggambar, maka tugas gurulah untuk melakukan pendampingan selama siswa menggambar. Guru berkeliling dari satu bangku ke bangku lain, menanyakan cerita apa yang telah dibaca siswa, dan melihat gambar siswa. Bagi siswa yang gambarnya sudah sesuai dengan cerita, guru bisa memberikan apresiasi dan memintanya untuk melanjutkan. Bagi siswa yang gambarnya masih kurang sesuai, di sinilah guru memberikan bimbingan dan penguatan terhadap pendapat siswa tersebut. Manfaat ketiga adalah melatih siswa untuk lebih fokus terhadap pekerjaannya. Dalam kegiatan ini, secara tidak langsung, siswa akan belajar lebih konsentrasi akan tugas yang diberikan oleh guru, karena adanya batas waktu yang diberikan.
“Setelah menggambar, saya memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk maju ke depan kelas dengan membawa gambar yang telah dibuat. Siswa menceritakan kembali cerita yang telah dibacanya hanya dengan selembar kertas bergambar,” lanjut Diannita.Selain manfaat, tentu pendidikan karakter juga tampak di sini. Bagaimana siswa melakukan kegiatan tersebut dengan batas waktu yang diberikan, menuntut siswa untuk mengelola waktu dengan baik dan sikap kemandirian. Bagaimana siswa mengerjakan tugasnya tepat waktu dan penuh tanggung jawab, menunjukkan nilai karakter integritas. [Uzlifatul Rusydiana, SPd, Guru SDN Magersari 2 Kota Mojokerto]

Tags: