Global Wakaf-ACT Resmikan Lumbung Air Wakaf di Singosari Malang

Prosesi pelepasan ribuan Air Minum Wakaf melalui truk-truk pengangkut Global Wakaf-ACT dalam acara launching Lumbung Air Wakaf.

Surabaya, Bhirawa.
Data menunjukkan sebanyak 33,4 juta penduduk Indonesia kekurangan air bersih dan 99,7 juta jiwa kekurangan akses untuk fasilitas sanitasi yang baik, dilansir dari suara.com pada November 2018. Tingginya kebutuhan air bersih, khususnya untuk konsumsi, mendorong Global Wakaf-ACT meluncurkan Program Lumbung Air Wakaf, Rabu (18/12). Peluncuran Lumbung Air Wakaf dilaksanakan di Waqaf Distribution Center, Kec Singosari, Malang, Jawa Timur.
Menurut Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin, Lumbung Air Wakaf (LAW) merupakan diversifikasi dari Program Lumbung Pangan Wakaf (LPW) yang berusaha memenuhi kebutuhan dasar masyarakat melalui wakaf. Sebelumnya, Global Wakaf-ACT telah membuat program berupa Lumbung Beras Wakaf (LBW) dan Lumbung Ternak Wakaf (LTW) untuk pemenuhan pangan. Sedangkan, untuk memenuhi kebutuhan air dibangun Lumbung Air Wakaf sebagai solusi.
”Kami ingin, Global Wakaf – ACT sebagai lembaga wakaf produktif yang mengelola semua produk wakaf dari hulu ke hilir. In Sya Allah kami akan terus memberikan kontribusi kepada masyarakat secara luas tak hanya untuk kebutuhan pangan, namun juga konsumsi air bersih yang sangat layak minum. Kami ingin semua Program ACT dapat menjadi solusi kemiskinan di Indonesia tidak hanya siaga dalam kebencanaan dan emergency respons,” kata dia.
Karena, lanjut Ahyudin, permasalahan umat yang paling besar dan laten adalah kemiskinan. Selain karena urgensi kemiskinan yang ada, landasan spirit dari program ini salah satunya hadis dari Sa’ad bin Ubadah Radhiallahu’anhu, ketika bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ”Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Rosulullah menjawab, ”Memberi air (sedekah air). “Landasan itulah yang membuat kami semakin bersemangat menyebarkan kebaikan,” paparnya.
Sementara itu, Wahyu Novyan selaku Direktur Program ACT menambahkan, Lumbung Air Wakaf memproduksi air minum dengan nama Air Minum Wakaf. Nantinya, air minum ini akan dibagikan secara gratis kepada para penerima manfaat yang ada di pesantren, sekolah, masjid, masyarakat miskin yang ada di penjuru negeri, bernama Air Minum Wakaf. ”Rencana awal distribusi 20 ribu air minum wakaf dalam bentuk cup 220 ML dan botol 600 ML. Lokasi distribusi 10 ribu di Jawa Timur dan Jawa Tengah, 10 ribu lainnya di Jawa Barat, Banten dan DKI,” jelas Wahyu.
Selain menjadi solusi atas kebutuhan air minum masyarakat, Lumbung Air Wakaf akan berperan mengedukasi dan mengenalkan masyarakat secara luas tentang wakaf. Masyarakat akan melihat dan merasakan langsung bagaimana program yang dihasilkan dari dana wakaf dengan cara mudah.
Sementara itu, Bupati Malang, Sanusi, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kehadiran program Lumbung Air Wakaf dan produk Air Minum Wakaf. ”Kami mengucapkan terima kasih kepada Global Wakaf-ACT atas bantuan yang diberikan. Semoga semakin banyak masyarakat yang dapat dibantu ke depannya. In Sya Allah, Allah akan membantu setiap orang yang mau membantu sesamanya dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk sesamanya,” tandasnya.
Bupati Sanusi berharap semua Anak Muda yang hadir di sini pun bisa menjadi pemimpin di kemudian hari, dan dapat bermanfaat untuk sekitarnya. Seperti diketahui, Indonesia memiliki permasalahan stunting untuk anak usia dini yang disebabkan oleh kebutuhan air yang kurang. Insya Allah kebutuhan air menjadi salah satu concern Pemkab Malang. Semoga bisa bersama – sama dapat menghadapi permasalahan ini. ”Selain itu, juga bisa bersama – sama berkolaborasi untuk swasembada beras, kita maksimalkan teknologi – teknologi inovatif yang sudah ada,” ujar Sanusi.
Seperti dilansir berbagai sumber data, Indonesia diprediksi di ambang tiga krisis, yakni krisis pangan pada 2045 (dilansir dari IPB 2018), Krisis Energi importir energi pada 2027 (dilansir dari BPPT 2018), Krisis Air 2025 (dilansir dari World Water Forum). Sementara berdasarkan buku The Uninhabitable Earth: Life After Warming (2019), empat miliar manusia atau dua per tiga populasi saat ini sudah hidup di wilayah yang mengalami kekeringan setidaknya satu bulan tiap tahunnya.[fen]

Tags: