Globalisasi Jihad dan Aksi Terorisme di Indonesia

Syaprin ZahidiOleh :
M. Syaprin Zahidi, M.A.
Dosen Pada Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang dan Peneliti di Maycomm)

Penangkapan terduga teroris di Malang beberapa hari lalu cukup menjadi bukti menurut penulis bahwa sel-sel terorisme ternyata belum habis di Indonesia. Sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa telah terjadi penangkapan tiga terduga teroris di Malang yaitu M. Romli, Achmad Ridho dan Rudi Hardianto. Khusus untuk M. Romli nama ini memang pernah muncul ke permukaan pertama kali pada tahun 2014 ketika Ia mendeklarasikan berdirinya kelompok Ansharul Khilafah di Masjid Jami Sulaiman Al-Husnaishil di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Kecamatan DAU Kabupaten Malang.
Ada hal yang menarik menurut penulis berkaitan dengan penangkapan teroris di negeri ini. Karena, seakan-akan penangkapan-penangkapan tersebut tidak mencapai puncaknya. Bila ada satu jaringan teroris dibasmi maka tidak lama lagi jaringan lainnya akan muncul lagi. Penyebab munculnya jaringan-jaringan teroris baru inilah yang akan penulis bahas dalam tulisan ini.
Tumbuhnya sel-sel teroris di Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh globalisasi jihad yang awalnya di sebarkan oleh kelompok Al-Qaeda dan ditandai dengan keberhasilan mereka dalam melancarkan serangan terhadap World Trade Center (WTC) di New York. Markas pusat militer Amerika Serikat (AS) Pentagon dan pembajakan pesawat United Airlines 93. Penyerangan terhadap AS ini bisa dikatakan sebagai momentum awal dari penyebaran ideologi globalisasi jihad yang disebarkan oleh Al-Qaeda.
Penyerangan tersebut  dalam pandangan Al-Qaeda disebut sebagai perang suci atau jihad yang sah untuk dilakukan terhadap kepentingan-kepentingan AS dan para sekutunya diseluruh dunia. Dalam pandangan Al-Qaeda aksi jihad dimaknai sama dengan aksi terorisme atas nama islam. Lalu disisi lain, aturan-aturan jihad ala ulama klasik yang membagi dunia kepada wilayah Aman (Darul Islam/ The House of Islam) dan Wilayah Perang (Darul Harb/The House of War) dianggap oleh Al-Qaeda sudah tidak berlaku dan harus dihapuskan. Efeknya adalah Al-Qaeda akhirnya membawa aksi mereka ini ke level global dan melabeli tindakan mereka ini dengan jihad global (Global Jihad).
Globalisasi jihad sendiri bisa dikatakan merupakan suatu kajian yang baru dalam politik Islam (Siyasah Syar’iyyah). Menurut Farhad Khosrokhavar penulis buku Inside Jihadism: Understanding Jihadi Movements World Wide. Globalisasi jihad merupakan gelombang kelima dari radikalisme islam di abad ke-21. Menurutnya dalam globalisasi ideologi ini peran dari Al-Qaeda sangatlah vital untuk mengekspornya ke berbagai penjuru dunia.
Jika kita menilik tokoh-tokoh yang berperan sebagai peletak dasar dari ideologi ini antara lain adalah Dr. Abdullah Azzam, Abu Mohammad Maqdisi, Abu Basir Al Tartusi, Abu Mus’ab Al Suri dan Abu Qatada Al Filistini. Pemikiran-pemikiran mereka sangat menginspirasi gerakan-gerakan jihad global yang memberikan argumentasi yang bersifat ideologis serta mereka juga ikut andil dalam peperangan bersenjata di beberapa medan perang. Pemikiran-pemikiran mereka inilah yang sangat berpengaruh dan menjadi ideologi yang mengkristal dan celakanya diadopsi oleh Al-Qaeda dan disebarkan ke seluruh dunia dan tak jarang pada akhirnya ideologi inilah yang menjadi alat untuk membrain wash banyak pelaku teror bom di beberapa negara tak terkecuali Indonesia. Efeknya sebagaimana kita ketahui pada akhirnya di Indonesia peristiwa-peristiwa teror bom terjadi dan silih berganti mengancam ketentraman warga.
Beberapa kasus teror bom sebagaimana kita ketahui pernah terjadi di Indonesia diantaranya adalah Bom Bali hingga bom di Mapolresta Cirebon serta yang terakhir adalah bom sarinah secara umum bisa dianalisis semuanya memiliki kaitan dengan ideologi globalisasi jihad contohnya adalah ketika tempat persembunyian Ishak Adriana otak pelaku dalam pemboman mapolresta Cirebon digeledah banyak sekali ditemukan buku dan majalah yang berideologikan globalisasi jihad. Inilah yang meyakinkan penulis bahwa ideologi ini benar-benar sangat berpengaruh terhadap berbagai macam aksi teror bom di Indonesia.
Mengutip pendapat dari A.M. Hendropiyono mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) beliau menyebutkan bahwa  Indonesia merupakan lahan yang sangat subur bagi tumbuhnya ideologi jihad global hal ini dikarenakan banyak sekali masyarakat Indonesia yang masih bersimpati kepada Osama Bin Laden dengan ideologi jihad globalnya yang akhirnya ini dikaitkan dengan masih eksisnya organisasi bawah tanah Negara Islam Indonesia (NII) yang ideologi pemikirnanya menyasar banyak sekali kalangan kampus baik itu dosen dan juga mahasiswa. Sehingga bisa dikatakan antara ideologi jihad global Al-Qaeda dengan NII memiliki satu tujuan yang sama demi terwujudnya Khilafah Islamiyah.
Kaitan antara NII dan ideologi jihad global ini makin meyakinkan memurut penulis karena dari beberapa pelaku teror yang diinterogasi oleh pihak kepolisian banyak didapati fakta-fakta bahwa mereka mendanai aksi teror mereka melalui perampokan toko emas dan Bank. Hal ini menurut mereka menjadi halal untuk dilakukan karena dalam ajaran NII mengambil harta dari seseorang di luar kelompok mereka merupakan fa’i atau harta rampasan perang. Inilah pemahaman yang sangat populer dikalangan pengikut NII. Disisi lain, secara struktural tokoh-tokoh NII juga merupakan tokoh penting dalam organisasi teror di Asia Tenggara yaitu Jama’ah Islamiyah antara lain adalah Abu Bakar Ba’asyir dan Abdullah Sungkar.
Kaitannya dengan hal tersebut, menurut penulis pemerintah harus benar-benar menutup segala macam bentuk saluran-saluran informasi yang mengarah kepada ajakan untuk melakukan idologi jihad yang tentunya sangat berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik melalui pembredelan majalah-majalah yang ada kaitannya dengan ideologi ini serta menutup website-website yang mensuplai informasi mengenai ideologi ini. Secara peraturan upaya pemerintah untuk semakin memperkuat Undang-Undang Terorisme perlu untuk didukung oleh seluruh lapisan masyarakat.

                                                                                                                   ——— *** ———-

Tags: