Golkar ‘Gagal’ Konsolidasi

2-golkarJakarta, Bhirawa
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan adanya konflik di tubuh Partai Golkar menunjukkan partai tertua di Indonesia tersebut tidaklah sebaik yang diperkirakan sebelumnya.
“Konflik Golkar menunjukkan, partai tersebut tidak sebaik yang diperkirakan. Semua orang bisa menafsirkan sendiri aturan main partai sehingga tidak ada kesepahaman,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/12) kemarin.
Firman mengatakan ibarat kapal, Partai Golkar saat ini memiliki banyak kapten yang berkaliber dan tidak bisa disatukan. Pihak-pihak yang berkonflik memiliki sumber daya besar sehingga tidak mudah didamaikan.
“Ada kemungkinan akan terjadi pola lama, yaitu berujung pada sempalan-sempalan yang mendirikan partai baru. Kecuali ada upaya dari senior-senior Golkar yang bisa meyakinkan pihak-pihak yang berkonflik supaya tetap satu kapal,” tuturnya.
Namun, upaya mendamaikan tampaknya tidak mudah dilakukan. Firman mengatakan, mengikuti perkembangan terakhir, muncul gejala akan ada pengurus tandingan.
“Itu karena perbedaan usia dan jam terbang tokoh-tokoh yang berkonflik tidak jauh. Mungkin kalau yang berkonflik antara junior dengan figur yang sangat senior, akan lebih mudah ditengahi,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan terbentuknya Presidium Penyelamat Partai merupakan kudeta inkonstitusional terhadap partai.
“Saya imbau kepada kader-kader yang membentuk Presidium Penyelamat Partai, kepada mereka saya ajak untuk kembali ke jalan yang benar, bernaung di bawah pohon beringin,” kata Aburizal Bakrie pada pembukaan Munas IX Partai Golkar di Denpasar Bali, Minggu (30/11) malam.
Dualisme Golkar Untungkan KIH
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang berpendapat, kekisruhan Golkar dengan munculnya dualisme antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono secara faktual politik mengutungkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
KIH dapat mendikte KMP dalam melaksanakan agenda parlemen karena KMP tanpa Golkar tidak memiliki stamina yang cukup kuat untuk “bergaining”, kata Ahmad Atang di Kupang, Senin, terkait kisruh di Golkar dan peluang KIH di parlemen.
Menurut dia, dualisme ditubuh Golkar akan berdampak juga pada dualisme di parlemen, sehingga kondisi ini telah melemahkan KMP.
Momentum seperti ini kata dia, mestinya KIH memainkan kepentingannya untuk memperkuat arus dukungan di parlemen.
“Jika KIH lengah di momentum ini, justeru mengalami kerugian sebelum KMP melakukan konsilidasi karena secara moral politik KMP sedang rentan,” tuturnya.  [ant.ira]

Keterangan Foto : Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meninggalkan lokasi Musyawarah Nasional Golkar IX usai pembahasan tata tertib di Nusa Dua, Bali, Senin (1/12). Akbar Tandjung masih mengusahakan islah antara dua kubu yang berseteru, meskipun Aburizal menyatakan menutup kemungkinan islah dengan pihak Agung Laksono.

Rate this article!
Tags: