GP Ansor Diminta Teladani Filosofi Jawa

pimpinan cabang GP Ansor Banyuwangi (1)Banyuwangi, Bhirawa
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, memanfaatkan ajang silaturahmi dan orientasi pimpinan cabang GP Ansor Banyuwangi dengan Bupati Banyuwangi, Sabtu (14/2), untuk bagi-bagi ilmu filosofi Jawa. Kepada ratusan kader GP Ansor Banyuwangi, Bupati Anas mengatakan paham filosofi Jawa mengajarkan sikap hidup positif yang mencerminkan keindonesiaan. Namun berat untuk dijalankan. “Ada empat rumusan. Jika dipakai Insya Allah kita akan tangguh dan tidak putus asa,” ujar Bupati Anas di Badiklat Kecamatan Licin.
Berikut empat rumusan yang dimaksud Bupati Anas seperti yang ia kutip dari Kuntowijoyo. Pertama, ojo dumeh alias jangan sombong. Ia mengatakan, manusia hakekatnya jangan sombong, selalu berbagi pada sesama, dan saling mencintai. Kebencian dan kesombongan membuat manusia semakin jatuh.
Kedua, ojo gumunan alias larangan untuk tidak mudah kagum melihat keadaan atau peristiwa yang bersifat materi keduniawian semata. Ia mendorong para pemuda Ansor untuk selalu memperbaiki dan menyesuaikan diri dengan keadaan, bukan sekedar penonton. “Jangan mudah silau melihat harta benda orang lain. Karena bisa meyebabkan kita minder,” ujarnya.
Ketiga, ojo gunggungan alias bekerja hanya ketika ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Keempat, ojo mutungan alias jangan mudah putus asa tatkala menghadapi persoalan berat. Menurut Anas, hakekat kerja bukan untuk mendapat pujian semata. Kerja harus berdasarkan ketulusun untuk mendapatkan prestasi demi kemaslahatan manusia. Kader Ansor juga diminta bisa memposisikan diri saat menjadi atasan dan bawahan. “Sikap menentukan rejeki,” kata dia.
Bupati Anas berharap, para pemuda GP Ansor menjaga doktrin yang telah digariskan sekaligus bisa bekerjasama lintas agama, mampu melindungi kelompok minoritas, dan membangun sistem kebangsaan. “Ansor harus menjadi energi positif bagi perubahan di Banyuwangi. Kita harus berpikir out of the box. Saya minta para kader Ansor ini bisa berprestasi di segala bidang,” ia berpesan.
Ketua PCNU Banyuwangi, Maskur Ali, mengatakan GP Ansor salah satu organisasi kepemudaan dan kader yang menjadi ujung tombak NU. Menurut Ali, ada tiga peristiwa penting yang mewarnai jejak sejarah perjalanan NU dan GP Ansor di Bumi Blambangan.
Itu sebabnya, Banyuwangi memiliki ikatan emosional dengan NU dan GP Ansor. Pertama, muktamar NU ke-8 pada 1934. Kedua, GP Ansor lahir di Banyuwangi. Ketiga, shalawat badar disusun oleh Ali Mansur, mantan ketua PCNU Banyuwangi tahun 1964. “Baik tidaknya GP Ansor ditentukan oleh GP Ansor Cabang Banyuwangi. Begitupula Sholawat badar bukan asal Mesir atau pesantren besar. Tapi disusun oleh Ali Mansur,” kata Maskur Ali.
Di hadapan ratusan kader Ansor dan Bupati Anas, Maskur Ali mengingatkan bahwa Bupati Anas layak diusung kembali dalam pilkada Banyuwangi. Bupati Anas dinilai berhasil membawa Banyuwangi menuju kesejahteraan dan menjaga kondusivitas daerah. “Setuju?” kata Maskur. “Setuju,” ratusan kader merespons. “Intinya ya ini sebenarnya,” Maskur Ali menutup pidatonya.
Adapun Ketua GP Ansor Banyuwangi, Sukron Makmun Hidayat, menuturkan GP Ansor terus mendorong pola kepemimpinan dengan hati untuk menginspirasi perubahan ke arah yang lebih baik. Bagi Sukron, pencitraan kepala daerah dinilai penting sebagai media memotivasi rakyat untuk berubah. “Selama hampir lima tahun ini, Banyuwangi berhasil menginspirasi Indonesia. Silahkan siapa saja yang terbaik untuk memimpin,” ujarnya. [nan]

Tags: