Grafiti Memalukan Bangsa

vandalism-850x637Sudah banyak grafiti ditorehkan ke berbagai ruang publik di dalam negeri.  Jembatan, dinding kaki jalan tol sudah dijadikan arena kreasi grafiti. Sebagian grafiti nampak indah dan menghibur, seperti di banyak perempatan jalan di berbagai kota besar. Tetapi sebagian juga disusupi grafiti jahil dengan pesan-pesan (dan gambar) seronok. Lebih parah manakala grafiti usil yang jahil juga ditorehkan pada herritage (warisan) kelas dunia, di dalam negeri maupun di luar negeri.
Di berbagai perempatan Yogyakarta, gambar dan grafitisi pada ruang publik mengedepankan budaya daerah. Namun pada kota-kota besar lain (Jakarta), bandung dan Surabaya, dijadikan sebagai grafiti usil, lambang perlawanan kaum marjinal. Pemerintah Daerah mesti bertanggungjawab terhadap seluruh grafiti di ruang publik. Sebab bukan mustahil, grafiti disusupi kelompok ekstrem (kanan maupun kiri) sebagai pertanda kelompok tertentu.
Grafiti juga dijadikan modus penyusupan gambar lambang-lambang intelijen pengedar narkoba, serta sindikat buron kepolisian. Bahkan grafiti pada era 1990-an sampai awal tahun 2000-an dijadikan pertanda penguasaan teritorial kelompok geng. Antara lain sindikat pencopet di stasiun dan terminal angkutan umum di kota-kota besar.  Modus ini mirip cara singa untuk menandai kawasan perburuannya dengan air kencing!
Corat-coret grafiti biasanya juga dilakukan oleh kelompok pemuda atau siswa di tempat wisata. Termasuk di dinding batuan stalaktit dan stalakmit yang lokasinya jauh di dalam goa sekalipun. Secara psikologi-sosial, grafiti memang menunjukkan eksistensi suatu kelompok di suatu tempat. Seringkali, coretan grafiti terasa mengganggu keindahan. Namun kadang hal itu untuk menunjukkan kebanggaan, bahwa kelompok tertentu telah pernah berada di lokasi.
Boleh jadi, begitulah maksud grafiti yang ditorehkan pada megalitik (batu besar) di gunung Fuji (Fuji-yama) di propinsi Yamanashi, Jepang. Grafiti di gunung Fuji nyata-nyata berbunyi CLAX INDONESIA (ditulis dengan huruf kapital) dengan tinta warna jingga. Cukup mencolok, ukurannya sepanjang 80 sentimeter. Terdapat tiga grafiti di lokasi bukit 9 Shaku 5, dengan tulisan yang sama pada jarak dua meter berikutnya. Di atas tulisaan terdapat pula gambar panah yang menunjukkan arah rute pendakian.
Sehingga diduga kuat grafiti itu ditorehkan oleh pendaki asal Indonesia. Ironisnya, gunung Fuji, merupakan warisan kekayaan budaya (berbasis alam) kelas dunia. Fujiyama, tercatat sebagai world harritage pada buku resmi UNESCO. Ia merupakan gunung berapi yang masih aktif, berketinggian 3.776,24 meter. Grafiti ditemukan di tiga tempat jejak hampir di “leher” Fujiyama. Yakni pada ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut dekat muara gunung Fuji, pada lintasan (trail) Fuji-nomiya.
Grafiti yang memalukan bangsa Indonesia itu ditemukan pada awal Agustus, persis menjelang liburan musim panas di Jepang. Pendaki gunung dari seluruh dunia (terutama dari Jepang dan Korea) akan berbondong-bondong. Lintasan Fujinomiya akan mengalami pick-seasson (musim kunjungan) pada tiap pertengahan hingga akhir bulan Agustus.
Boleh jadi, maksud pendaki Indonesia adalah untuk menunjukkan telah pernah melintasi Fujiyama. Walau sebenarnya, mendaki Fujiyama bukanlah prestasi besar. Prestise-nya masih jauh dibawah mount Everest (gunung Himalaya) yang sudah pernah ditaklukkan pendaki Indonesia. Bendera Merah-Putih sudah pernah beberapa kali berkibar di puncak Himalaya. Sehingga kuat dugaan, bahwa penoreh grafiti di Fujiyama bukanlah pendaki profesional, melainkan pendaki baru.
Tetapi walau tidak prestise benar, Fujiyama merupakan gunung yang “disucikan” (obyek spirit) oleh bangsa Jepang. Karena itu wajar masyarakat Jepang marah. Bahkan koran Shizuoka Shimbun, memberi judul berita “Serangan Kesucian Gunung.” Beruntung grafiti tidak dilengkapi dengan menggambar bendera Merah-Putih. Jika itu terjadi, pemerintah Jepang akan mengundang pemerintah Indonesia (secara resmi) hanya untuk menghapus grafiti usil.

——————- 000 ————————

Rate this article!
Grafiti Memalukan Bangsa,5 / 5 ( 1votes )
Tags: