Gubernur Berharap Madin Dapat BOS dari Pemerintah

Wapres JK foto bersama dengan karyawan RS Lavalette Kota Malang, Senin (16/1).

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo berharap santri yang sekolah di madrasah diniyah (madin) salafiyah bisa mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) nasional dari pemerintah. Sebab dengan banyak santri yang sekolah di madin telah membantu pemerintah membangun negara di bidang agama.
“Materi pelajaran yang dimasukkan di madin sudah sesuai dengan kurikulum. Semoga pemerintah pusat melalui Bapak Wapres bisa memberikan Bosnas kepada para santri agar bisa meringankan beban mereka dalam memperoleh pendidikan,” kata Gubernur Soekarwo saat mendampingi Wapres RI HM Jusuf Kalla pada acara Syukuran Seperempat Abad dan Peresmian Masjid Agung Ar-Ridwan dan Rumah Susun Pondok Modern Datul Hikmah di Desa Tawangsari Kabupaten Tulungagung, Senin (16/1).
Gubernur Soekarwo mengatakan nasib pendidikan diniyah salafiyah di Jatim masih didiskriminasi. Padahal ada 1.070.000-an orang di Jatim yang mengenyam pendidikan tersebut. “1.070.000-an orang di Jatim mengenyam pendidikan diniyah salafiyah. Ini tidak ada akses sama sekali karena tidak masuk di Departemen Agama dan Dinas Pendidikan. Dampaknya tidak ada dana Bosnas yang masuk bagi para santri,”ucapnya.
Hal itu, lanjut Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, berimbas pada Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) di Jatim khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) nya dalam posisi yang tidak bagus. Hal ini sulit dimasuki karena menjadi bagian kultural. “Ini yang sampai sekarang belum tuntas dan kasus seperti ini paling banyak terjadi di daerah tapal kuda,” jelasnya.
Karenanya, salah satu upaya pemprov adalah dengan mengembangkan SMK mini di sejumlah pondok pesantren. Tujuannya agar para santri yang menjalani pendidikan diniyah salafiyah bisa mendapatkan pendidikan terampil.
Selain itu, Pemprov Jatim juga menyekolahkan sekitar 9.800 orang pengajar diniyah salafiyah ke pendidikan S1. Pemprov Jatim konsisten meningkatkan kualitas guru-guru madin. Ini penting agar guru atau ustadz madin memiliki kemampuan setara S1 atau sarjana, tapi juga memiliki kemampuan mengajar yang baik.
“Hal ini merupakan bentuk komitmen bersama antara Pemprov Jatim dengan Perguruan Tinggi Islam baik negeri maupun swasta di Jatim untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan bagi guru-guru madin,” ujarnya.
Ia mengatakan, bantuan yang diberikan kepada guru-guru madin tersebut berupa bantuan beasiswa untuk menempuh pendidikan S1 selama delapan semester di PTAI swasta atupun negeri. Kerjasama ini juga sudah dikembangkan mulai 2006 hingga 2015 dengan total anggaran sebesar Rp 78,5 miliar. “Dari total 9.703 mahasiswa program beasiswa guru madin ini, yang telah lulus sampai sekarang mencapai 4.400 orang,” terangnya.
Sementara itu Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan pondok pesantren dapat menjadi lembaga pendidikan yang mengajarkan toleransi.
“Sekali lagi, toleransi itu saling menghargai, saling menghormati satu sama lain akan menimbulkan toleransi,” kata Wapres RI setelah meresmikan pembukaan Rusunawa Santri Pondok Pesantren Darul Hikmah Tulungagung.
Menurut JK, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan agama harus dapat mengajarkan prinsip kehidupan toleransi atas dasar saling menghargai, seperti yang tercantum dalam Alquran Surat Al-Kafirun.
“Jadi kalau dari segi agama ya tadi, bagimu agamamu, bagiku agamaku. ‘Lakum diinukum waliyadiin’, harus begitu,” tuturnya.
Wapres menegaskan bahwa toleransi melibatkan semua pihak, baik antar agama, antar suku, antar kepercayaan, dan antar golongan harus saling menghormati.

Jenguk KH Hasyim Muzadi
Jusuf Kalla menyempatkan diri menjenguk anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Hasyim Muzadi yang sedang dirawat di RS Lavalette Kota Malang usai melakukan kunjungan kerja di Tulungagung kemarin.
Wapres yang didampingi Gubernur Soekarwo dan menggunakan mobil Indonesia 2 itu begitu tiba di halaman RS hanya tersenyum sejenak sambil melambaikan tangan kepada puluhan wartawan yang menunggu di pintu utama RS Lavalette.
Tanpa sepatah kata pun, Wapres JK langsung menuju ruang perawatan KH Hasyim Muzadi di ruang Saphire VIP A-5. Penjagaan (pengamanan) yang super ketat, bahkan jalan poros di depan RS Lavalette ditutup total selama kunjungan.
Bahkan, hingga Wapres JK kembali dari ruang perawatan mantan Ketua Umum PBNU itu, wartawan tak boleh mendekat. Wapres pun akhirnya berlalu dan meninggalkan RS Lavalette tanpa sepatah katapun.
Saat menjenguk KH Hasyim Muzadi, Wapres juga didampingi mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prod Din Syamsudin, Wali Kota Malang Moch Anton, dan Danrem 083 Baladhika Jaya.
Kunjungan Wapres bersama rombongan tidak lama. Usai dari RS Lavalette, Wapres langsung menuju Bandara Abd Saleh dan bertolak ke Jakarta.
Anak pertama Hasyim Muzadi, Abdul Hakim menjelaskan saat Jusuf Kalla menjenguk ayahnya, dia memberikan doa dan semangat kepada KH Hasyim. “Tadi Pak Jusuf Kalla memberikan semangat ke abah agar cepat sembuh. Beliau sama-sama mendoakan,” ujarnya.
Diketahui, KH Hasyim Muzadi dirawat di Rumah Sakit Lavalette Kota Malang sejak Jumat (6/1) pekan lalu. [wed,iib,mut]

Tags: