Gubernur Dorong Perkuat Informasi Seputar Perubahan Cuaca

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat melihat mekanisme kerja Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda.

BMKG Tambah 13 Sensor Gempa di Sesar Kendeng
Pemprov, Bhirawa
Informasi terkait cuaca, tinggi gelombang laut dan curah hujan dinilai penting dalam mendukung keselamatan moda transportasi laut maupun nelayan. Terlebih memasuki pada September sampai Desember, gelombang laut berada pada posisi yang sangat tinggi karena itu, diperlukan informasi yang terkoneksi dan mudah diakses oleh masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kelas I Juanda, Sidoarjo, Senin (2/9). Didampingi Kepala BPBD Jatim Subhan Wahyudiono, dan Kepala Dinas ESDM Setiajid, mantan Menteri Sosial RI itu ingin melihat mekanisme kerja Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas I Juanda.
Tidak hanya itu, Gubernur Khofifah pun berkeinginan terbangunnya koneksitas terkait informasi-informasi yang berguna bagi masyarakat baik terkait meteorologi, klimatologi maupun geofisika “Dengan teknologi yang dimiliki BMKG, diharapkan masyarakat bisa mengakses informasi lebih sering, realtime dan menjadi bagian dari kewaspadaan dan antisipasi bersama terhadap kondisi perubahan iklim,” ujarnya.
Dijelaskan, pada awal September hingga Desember, gelombang laut berada pada posisi yang sangat tinggi. Dengan demikian, kondisi tersebut menjadi posisi bahaya bagi para masyarakat yang menggunakan moda transportasi laut termasuk nelayan.
Apabila terkoneksi informasi dan komunikasi dengan BMKG, warga masyarakat yang menggunakan jalur laut dan nelayan yang akan melaut, bisa mengetahui kondisi terkini. “Hal ini untuk meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi masyarakat pada umumnya, sehingga bisa dilakukan langkah preventif dan antisipatif,” ungkapnya.
Ia meminta, agar titik-titik keberangkatan penumpang di jalur laut, teknologinya harus terkoneksi dan tersupport oleh BMKG. Tujuannya agar setiap informasi terkait kondisi laut bisa segera diinformasikan oleh BMKG kepada masyarakat. “Komunikasi yang tersambung dengan BMKG bisa menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan atau kecelakaan di laut yang selanjutnya bisa dilakukan antisipasi dengan langkah pencegahan,” tutur dia.
Gubernur Khofifah juga mendorong kemungkinan perjanjian kerjasama antara KNKT dan BMKG di Jatim. “Meskipun kedua lembaga tersebut instansi vertikal dan merupakan lembaga pemerintah non kementerian, tetapi kami melihat urgensinya cukup tinggi ,” pungkas dia.
Sementara itu, Kepala BMKG Juanda Bambang Hargiyono menuturkan, apa yang ditekankan Gubernur Khofifah ialah terkait informasi yang mudah diakses masyarakat. Khususnya di titik-titik penyeberangan atau pelayaran membutuhkan informasi kemaritiman yang mudah. “Kita perlu membuat display untuk cuaca di area-area publik yg mungkin saat ini belum ada yang outdoor. Saat ini yang ada masih di bandara, Suramadu, dan Tanjung Perak,” tutur Bambang.
Sementara untuk pelabuhan di kawasan Madura, seperti Sapeken, Sapudi, Kangean memang masih perlu adanya displai informasi cuaca yang bisa dilihat. Sehingga kontrol laporan nahkoda dan kepedulian masyarakat terhadap kondisi kemaritiman semakin kuat.
Selain informasi tentang cuacu, BMLG juga tengah mengoptimalkan informasi seputar gempa di Jatim. Hal itu dilakukan dengan manambah 13 sensor gempa di sepanjang Sesar Kendeng yang melintas dari Rembang sampai Surabaya. Kasie observasi dan Informasi BMKG Tretes, Pasuruan Suwarto menuturkan, saat ini sensor gempa telah ada di 15 titik di Jatim.
Penambahan 13 titik baru tersebut, beberapa akan diletakkan di Bojonegoro sebanyak dua titik, Sidoarjo, Tuban, Pasuruan, Lumajang, Jember, Kediri, dan bangkalan. “Kita menempatkannya nanti di taruh di kanan dan kiri sesar. Jadi ketika ada aktivitas kegempaan, alat akan lebih sensitif dan lebih tepat untuk menganalisa,” tutur Suwarto.
Ditanya mengenai potensi gempa, Suwarto mengaku, Sesar yang melewati Waru, Sidoarjo dan Surabaya merupakan sesar minor dari sesar Kendeng. Sehingga, potensi kegempaan sejauh ini belum terlihat. “Jadi kalau Sesar Kendeng ini yang aktif, yang di Surabaya ini merupakan cabangnya, atau sesar minor,” pungkas Suwarto. [tam]

Tags: