Gubernur Dorong Pola Pikir Sekda Jadi Bussiness Mindset

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo merikan paparan presentasi di acara Forum Sekretaris Daerah seluruh Indonesia (Forsesdasi)di Hotel Singgasana Surabaya.

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo merikan paparan presentasi di acara Forum Sekretaris Daerah seluruh Indonesia (Forsesdasi)di Hotel Singgasana Surabaya.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mendorong perubahan pola pikir sekretaris daerah (Sekda) menuju pola pikir bisnis (bussiness mindset). Jika dulu Sekda hanya mengurus administrasi dan politik, namun di era modern ini Sekda juga harus mengurus perindustrian dan perdagangan untuk meningkatkan perekonomian daerah.
“Mindset Sekda harus berubah menuju bussiness mindset. Tugas Sekda di era modern tidak hanya di belakang meja dan mengurus pelayanan administrasi serta politik saja, tapi harus aktif mengorganisasi dan melakukan promosi di bidang perindustrian dan perdagangan untuk memajukan ekonomi yang bermuara pada kesejahteraan rakyat,” kata Gubernur Soekarwo, saat memberikan paparan berjudul Sekda sebagai Adminstrator Pembangunan Rapat Kerja Regional Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (FORSESDASI) di Hotel Singgasana Surabaya, Jumat (18/11).
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim mengatakan, di era globalisasi saat ini, peran Sekda semakin strategis dalam membangun perekonomian daerah. Para Sekda se-Indonesia diharapkan aktif untuk membangun pasar dalam negeri agar bangsa ini bisa memenangkan persaingan dari serbuan produk asing.
“Peran sekda adalah membangun sister province dalam negeri dan memperkuat basis logistik di semua provinsi. Carilah bahan baku yang bisa kita kerjasamakan antar daerah. Contohnya Jatim membutuhkan pala, merica, dan cengkeh ke Maluku Utara. Kemudian Maluku Utara membutuhkan bawang merah dan ayam beku,” katanya.
Berkat kerjasama perdagangan dalam negeri, Jatim mengalami surplus perdagangan ekspor-impor sebesar Rp56.087 triliun pada triwulan III 2016. Rinciannya, ekspor-impor luar negeri minus Rp23,159 triliun dan ekspor impor dalam negeri surplus Rp79,246 triliun.
“Meskipun Jatim minus perdagangan luar negeri, tapi kita surplus perdagangan dalam negeri. Sehingga secara keseluruhan kita tetap surplus. Inilah nasionalisme baru di era modern. Ini karena Sekda kami aktif untuk promosi dan menjalin kerjasama dengan Kadin Jatim dan provinsi lain. Kami juga membangun kantor perwakilan perdagangan di 26 provinsi di Indonesia. Captive market harus kita kuasai sendiri, jangan sampai dikuasai asing” ungkapnya.
Senada dengan pemikiran Pakde Karwo, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Menpan dan RB), Asman Abnur mengatakan, Sekda modern bukan lagi mengurus keperluan administratif saja, tapi juga harus memperkuat perekonomian di daerahnya.
“Saya sepakat dengan Pakde, Sekda harus memikirkan perdagangan antar pulau untuk memperkuat pasar dalam negeri. Perdagangan dalam negeri kita tidak hanya soal subsidi saja, tapi juga harus saling menguntungkan. Dan itu sudah dicontohkan oleh Jatim,” katanya.
Sekdaprov Jatim Dr H Akhmad Sukardi MM mengatakan, forum ini menjadi ajang dikusi, tukar pikiran, dan merumuskan langkah bersama untuk memajukan pembangunan ekonomi, pelayanan publik, serta penataan organisasi baik di daerah masing-masing, maupun untuk kepentingan nasional.
“Keberadan FORSESDASI sangat penting, kita harus membuktikan diri kepada masyarakat dengan membuat rencana strategis dan tujuan dan tetapkan indikator keberhasilan, serta menetapkan target yang ingin dicapai. Sehingga bisa diukur kinerjanya dan dirasakan nyata keberadaannya oleh masyarakat,” katanya. [iib]

Tags: