Gubernur Ingin Dilibatkan di Tim Wapres

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Sepertinya Gubernur Jatim Dr H Soekawo mulai kehilangan kesabaran terkait penutupan akses kargo dari Terminal 1 (T1) ke Terminal 2 (T2) Bandara Internasional Juanda yang dilakukan TNI AL. Mantan Sekdaprov Jatim ini mendesak agar bisa masuk Tim Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla agar bisa mengambil langkah konkrit.
“Masalah ini berada di bawah pengawasan Wapres. Dan saya menilai semua upaya yang dilakukan untuk mendesak agar akses kargo Bandara Juanda segera dibuka nihil. Termasuk setelah Pak Wapres turun tangan juga. Makanya saya minta bisa dilibatkan,” kata Gubernur Soekarwo ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (1/4).
Menurut dia, pihaknya telah menghubungi Sekretaris Wapres dan Ajudan Kasal (Kepala Staf Angkatan Laut) untuk menggelar pertemuan khusus. Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, berharap 6 April nanti pihaknya bisa bertemu Wapres dan Kasal.
Jika masuk dalam Tim Wapres, Pakde Karwo akan mengambil langkah konkrit seperti TNI AL harus mendahulukan kepentingan umum dan pelayanan umum. “Saya sudah telepon Kasal hingga Panglima TNI yang intinya justru menyalahkan Angkasa Pura (AP) I,” ungkapnya.
Seharusnya, lanjut Pakde Karwo, sengketa antara TNI AL dengan AP I tidak dibawa-bawa dalam pelayanan umum. Jika AP I kurang menyediakan sesuatu yang sudah disepakati bersama, seharusnya diselesaikan secara internal, bukan mengorbankan pelayanan umum. “Saya protes keras soal ini,” tegasnya.
Dengan munculnya kasus ini, jelasnya, Jatim khususnya Bandara Internasional telah kehilangan trust building dan kepastian distribusi kargo gugur. “Juanda itu bandara internasional. Yang mahal itu imej di mata internasional. Trust building yang selama ini kita bangun telah gugur hanya karena gara-gara penutupan akses kargo secara sepihak,” tegasnya lagi.
Apakah ada yang mengeluh kepada Pakde Karwo? “Yang mengeluh langsung ke saya belum ada. Tapi saya yakin mengeluh itu pasti, tapi belum sampai ke saya langsung. Bagaimana tidak mengeluh, masalah ini dibiarkan berlarut-larut. Bahkan Pangarmatim saja angkat tangan,” ungkapnya.
Munculnya masalah ini pun berdampak langsung pada dunia kargo. Kerugian eksporter dan pengusaha ekspedisi akibat penutupan akses kargo Bandara Internasional Juanda cukup besar. Mereka berharap permasalahan segera diselesaikan. Sebab, kerugian terus-menerus bisa mengakibatkan perekonomian di Jatim merosot.
Dalam kondisi normal, volume ekspor melalui Juanda per hari rata-rata mencapai 60 ton. Sejak penutupan akses kargo, volume ekspor diprediksikan turun yakni tidak lebih dari 30 ton. Informasi tersebut didapat dari beberapa perusahaan ekspedisi di Bandara Juanda. Sebelumnya volume impor rata-rata per hari mencapai 30 ton. Kini jumlahnya turun 10-15 ton.
Merosotnya angka ekspor itu menjadi dasar pengusaha meminta segera ada jalan keluar. Sigit Pramudya, pengusaha ekspedisi di Bandara Juanda, berharap masing-masing pihak bisa duduk bersama. “Setiap persoalan pasti memiliki jalan keluar. Tidak saling mementingkan kepentingan golongan atau institusi sebab yang dirugikan masyarakat dan pelaku usaha,” katanya. [iib]

Tags: