Gubernur Ingin Freeport Buat Smelter di Jatim

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengungkapkan keinginannya untuk memperluas kerjasama perdagangan dan investasi dengan Amerika Serikat (AS), saat menemui kunjungan Duta Besar Amerika Serikat yang baru Robert Blake, di Gedung Negara Grahadi, Senin (10/2).
Diantara kerjasama itu, Pakde Karwo-sapaan lekat Soekarwo, ingin agar Freeport membuat smelter (pabrik pengolahan mineral) di Jatim, seperti smelter tembaga. Namun rencana ini masih diperlukan pembicaraan lebih lanjut, melihat perkembangan Freeport dengan Pemerintah Indonesia.
Selain itu, mantan sekdaprov Jatim ini juga berpesan agar produk dari Exxon Mobil seperti gasnya diproritaskan bagi industri di Jatim terlebih dahulu baru diekspor. Sebab kebutuhan gas untuk industry di Jatim sangat tinggi. Oleh karena itu, Pakde Karwo berharap Dubes AS untuk segera menyampaikan kepada Exxon Mobil.
“Jadi ada domestic market obligation yang harus diprioritaskan terlebih dulu. Karena itu sangat efisien bagi industry dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan competitiveness dengan negara lain,” jelasnya.
Menurut Pakde Karwo, peranan AS sangat penting bagi perdagangan di Jatim. Apalagi Jatim merupakan pusat perdagangan Indonesia bagian timur dan menguasai sebanyak 31 persen perdagangan di Indonesia. Sehingga Pakde Karwo meminta perluasan kerjasama perdagangan dan investasi, pendidikan, serta kesehatan kepada AS.
“Jatim sebagai pusat dan logistik di Indonesia bagian timur. Jika kerjasama bidang perdagangan dan investasi dengan AS diperluas maka dapat meningkatkan perdagangan, bahkan pertumbuhan ekonomi di Jatim,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kunjungan Robert Blake ke Jatim adalah kunjungan yang pertama dilakukannya setelah menjabat sebagai Dubes AS. Ini artinya Dubes AS menganggap Jatim itu penting. Dubes AS melihat adanya potensi industri, perdagangan dan investasi yang cukup besar di Jatim. Di bidang ekonomi, Dubes AS akan meningkatkan investasi di Jatim.
Untuk itu, Pakde Karwo menyambut baik dengan investasi dari AS di Jatim. Namun ada kebijakan lokal yang harus diperhatikan. Jika terdapat bahan baku di Jatim yang bisa digunakan untuk industri, jangan impor bahan bakunya. Kalau ada tenaga atau skill di Jatim, bisa direkrut di Jatim.
Sebagai contoh tenaga kerja unskill bisa direkrut di kabupaten/kota, sedangkan yang mempunyai kemampuan atau skill bisa direkrut dari Jatim dan Indonesia. “Mementingkan material lokal seperti seperti bahan baku dan tenaga kerja menjadi hal yang sangat penting. Dengan mengolah bahan baku dari Jatim, dapat menumbuhkan industri kecil menengah di Jatim,” katanya.  
Lebih lanjut disampaikannya, hubungan kerjasama Indonesia dengan AS bisa langsung dilakukan dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Kerjasama tidak harus diputuskan dari pusat, tetapi bisa dilakukan dengan provinsi dan kabupaten/kota. Perluasan hubungan dengan daerah menjadi penting, sehingga dapat memotong tata niaga yang panjang.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Blake mengatakan, kunjungan kali ini merupakan kunjungan yang pertama setelah menjabat sebagai Dubes AS. Banyak hal yang bisa dieksplor untuk dijadikan kerjasama di Jatim. Kunjungan berikutnya akan membawa delegasi bisnis dan investor dari AS. Sehingga diharapkan hubungan AS dengan Jatim bisa menjadi kuat, bertumbuh, dan luas dalam kerjasama secara komprehensif.
Ia menyampaikan, kerjasama yang dapat dilakukan yakni seperti perdagangan dan investasi. Banyak potensi perdagangan dan investasi yang dapat dilakukan antara AS dan Jatim. Ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Jatim untuk bertumbuh dan meningkat perekonomiannya.
Robert menilai positif dengan hal yang dilakukan Pakde Karwo yang mengembangkan Jatim sebagai pusat connectivity dan logistic. Dengan dikembangkannya dua hal ini, bisa semakin meningkatkan perekonomian di Jatim. “Pemprov Jatim akan ditunggu pada bulan Mei-Juni untuk pertemuan bisnis di AS. Pemerintah AS memfasilitasi dan mengumpulkan investor di sana,” pungkasnya. [iib]