Gubernur Instruksikan Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Presiden RI ke-3 Prof BJ Habibie Wafat

Presiden RI ke-3 Prof BJ Habibie Wafat
Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Presiden Ke III RI Prof Dr Ing H Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, FREng di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9). Ia juga menginstruksikan seluruh instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari.
“Mewakili Pemerintah Provinsi Jatim dan seluruh masyarakat, saya menyampaikan duka cita mendalam seiring lantunan doa agar Allah SWT menempatkan beliau di tempat terbaik disisi-Nya, mengampuni seluruh khilaf, dan memberikan ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga besar Bapak Habibie,” ungkap Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya kemarin.
Khofifah mengatakan, BJ Habibie merupakan sosok yang sangat inspiratif bagi generasi muda Indonesia, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karir cemerlang Habibie menurutnya juga memotivasi banyak anak muda Indonesia untuk terus berprestasi untuk kemajuan bangsa. Habibie dianggap mengenalkan paradigma pendidikan yang berpengaruh luas yaitu pentingnya imtak dan iptek (iman dan taqwa serta ilmu dan teknologi) sebagai satu kesatuan bekal hidup yang harus dimiliki oleh manusia.
“Saya termasuk orang yang sangat mengagumi beliau dan menjadikan salah satu referensi teladan. Beliau juga terkenal sebagai sosok romantis dan penuh cinta,” imbuhnya.
Khofifah direncanakan hadir dalam prosesi pemakaman BJ Habibie di Taman Makam Nasional Utama (TMPNU) Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9). “InsyaAllah saya hadir. Besok subuh (Kamis-red) terbang ke Jakarta setelah mengikuti shalat Ghaib di Masjid Al Akbar, Surabaya. Saya juga mengajak masyarakat ikut mendo’akan beliau dan bagi yang beragama Islam melaksanakan sholat ghaib ,” ujarnya.
“Sesuai Undang- undang nomor 24 tahun 2009 kami menginstruksikan kepada seluruh instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari berturut-turut mulai besok,” tambah Khofifah.
Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia Rabu (11/9) pukul 18.05 WIB setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta sejak Minggu 1 September 2019.
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Informasi mengenai Habibie meninggal dunia disampaikan putra Habibie, Thareq Kemal. Diketahui, Habibie telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.

Perjalanan dan Karir BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowadjojo.
Habibie berasal dari keluarga dengan latar belakang agama yang kuat karena kakeknya merupakan seorang pemuka agama.
Habibie pernah bersekolah di SMA Kristen Dago di Bandung, Jawa Barat. Lalu ia melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada 1954.
Pada 1955-1965, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH Aachen, Jerman Barat.
Ia berhasil mendapatkan gelar diploma ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cumlaude.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Habibie menetap di Hamburg dan bekerja di perusahaan penerbangan Messerschmitt-Bölkow-Blohm.
Meski berada di luar negeri dan mendapat hak istimewa sebagai warga kehormatan Jerman atas hasil karyanya di dunia penerbangan, kecintaannya terhadap Indonesia tidak pernah pudar.
Suami dari almarhumah Hasri Ainun Besari itu akhirnya pulang ke Tanah Air atas permintaan Presiden Soeharto pada 1973.
Kariernya dimulai di perusahaan minyak negara Pertamina, lalu pada 1976, Habibie menjadi pimpinan pertama dari PT Dirgantara Indonesia.
Pada 1978, Habibie ditunjuk menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi. Jabatan tersebut secara berturut-turut ia pegang hingga 1997.
Selama menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, Habibie menginisiasi pembuatan pesawat perintis yang diberi nama CN 25 Gatot Kaca.
Pesawat nasional tersebut dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia, menjadi kebanggaan yang menunjukkan bahwa Indonesia mampu melompat dari negara agraris menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kariernya terus melesat mulai dari menjabat Wakil Presiden ke-7 RI, lalu menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998.
Jabatan yang diembannya sebagai Presiden RI cukup singkat yaitu hanya selama satu tahun lima bulan, karena kondisi bangsa yang diterpa krisis saat itu.
Namun di masa kepemimpinannya, Habibie menghasilkan berbagai kebijakan yang populer seperti diresmikannya UU Otonomi Daerah. Pada masa pemerintahannya pula, lahir banyak partai politik karena Habibie memberikan kemerdekaan berpendapat bagi rakyat.
Salah satu yang paling dikenang adalah kisah cintanya dengan Hasri Ainun Besari yang diabadikan di buku dan layar kaca dengan judul Habibie dan Ainun.
Meski tidak lagi menjabat di pemerintahan, pemikiran Habibie masih terus dibutuhkan bagi bangsa dan negara terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. [tam]

Tags: