Gubernur Jatim Anggap Lima Pitutur Samin Masih Relevan

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Bojonegoro Anna Muawanah dan rombongan, Panen Raya Jagung yang ditanam masyarakat Samin di kawasan hutan milik Perhutani di pinggir desa setempat. [achmad Basir]

Bojonegoro, Bhirawa
Gubemur Jatim, Khoiifah lndar Parawangsa, berkunjung ke komunitas Sedulur Sikep Samin, serta penyerahan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada Minggu (23/2) di Dusun Jipang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Mbah Harjo Kardi selaku sesepuh masyarakat Samin dan juga generasi Samin ke 4 menyambut dengan hangat atas kunjungan tersebut.
Dalam kunjungan tersebut. Gubemur Jatim didampingi Sekda Provinsi Jatim, Asisten Adminitrasi Umum Setda Provinsi Jatim, dan Kepala Disbudpar Provinsi Jatim. Kedatangan rombongan disambut oleh Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah. Wakil Bupati Bolonegoro Budi irawanto. Kapolres Bolonegoro Dandim Bojonegoro dan Jajaran Forkopimda. Ketua DPRD Bojonegoro, Kepala Disbudpar Bojonegoro, Kepala Bakorwil, Kepala OPD di lingkup Pemkab Bojonegoro para tamu undangan dan masyarakat setempat.
Gubemur Khofifah menyampaikan bahwa kedatangannya dalam rangka bersilaturahmi dengan masyarakat Samin yang ada di Margomulyo Bojonegoro. “Saya hadir di sini untuk besilaturrahin dengan panjenengan warga Samin Margomulyo Bojonegoro, supaya kita saling mengenali untuk memadukan program pembangunan antara masyarakat samin dengan pemerintah Bojonegoro maupun Jatim,” kata Gubernur Khofifah..
Lebih lanjut Gubernur berharap agar ajaran Samin Surosentiko tersebut menjadi bagian warisan budaya yang menjadi penguatan kearifan lokal. ” Kalau ini ada warisan budaya yang tidak berbentuk benda, maka warisan budaya ini berbentuk ajaran. Ada lima pitutur luhur yang diajarkan. Yaitu bagaimana masyarakat diajak jujur, lalu tidak melakukan kekerasan, membangun kesetaraan perlakuan dengan satu sama lain, jangan asal ngomong, dan peka terhadap rasa perasaan,” kata Gubernur Jatim.
Ajaran Samin dikatakan Khofifah memiliki nilai filosofi yang tinggi. Dari lima pitutur luhur yang secara turun temurun diwariskan, menurut mantan Menteri Sosial ini, ajarannya masih sangat relevan dan dibutuhkan menghadapi tantangan di era saat ini.
“Masyarakat Samin adalah kekayaan kearifan lokal yang dimiliki Jatim, paling tidak ada 5 pitutur yang dalam sekali nilainya. Ada anti kekerasan, menjunjung tinggi nilai kejujuran, dan memberi perlakuan sama atau equal treatment serta berbicara yang bermakna ,” tutur Khofifah.
Dari ajaran yang dilestarikan oleh masyarakat Samin ini, dikatakan Khofifah ada ajaran yang butuh diviralkan untuk menjawab pemasalahan di era digital.
Tepatnya yaitu ajaran ojo waton ngomong, tapi ngomongo sing maton. Disampaikan Khofifah ajaran tersebut cocok untuk menangkal hoaks yang saat ini menjadi masalah sosial kebangsaan kita.
“Hari ini kita harus melakukan penetrasi atas sering viralnya hoaks. Kalau dibiarkan, beredarnya hoaks bisa mengganggu persaudaraan dan persatuan nasional. Di ajaran masyarakat Samin yang mengajarkan ngomong sing maton, ojo waton ngomong maka paling tidak saat kita bicara harus jelas nasnya,” tegas Khofifah. “Ini sesuatu yang harus didesiminasikan ke berbagai lini dari kearifan lokal kita agar kita terjamin menerima info yang benar,” imbuhnya.
Ajaran tersebut juga sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. yang juga mengajarkan untuk berkata yang baik, dan jika tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik diam. Nilai-nilai itu menjadi hal yang butuh disyiarkan di setiap lini generasi saat ini.
Selain itu, dalam silaturahmi dengan masyarakat Samin tersebut Khofifah juga menyerahkan sejumlah bantuan. Yaitu bantuan keuangan khusus (BKK) senilai Rp 230 juta pada Kepala Desa Margomulyo dan juga bantuan dua alat tenun tradisional.
Bantuan alat tenun tradisional tersebut diserahkan agar masyarakat Samin kian bersemangat melestarikan budaya menenun. Pasalnya menenun masih menjadi kebudayaan yang hingga kini dilestarikan di sana dan menjadi ciri khas masyarakat Samin.
“Kita ingin agar mereka terus menenun, desain-desain yang sudah mereka buat bisa digunakan untuk scarf atau untuk selendang. Ini akan jadi penguatan bagi masyarakat Samin, sebagai destinasi wisata budaya di Bojonegoro,” ucap Khofifah.
Dalam silaturahmi dengan warga masyarakat Samin ini, Khofifah juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah Mbah Hardjo Kardi. Di sini Khofifah ‘jagongan’ bersama masyarakat Samin menyerahkan gunungan sebagai tanda dimulainya wayang tengul. [bas]

Tags: