Gubernur Jawa Iimur Tinjau Pengelolahan Limbah PT Pakerin

Gubernur Jatim Khofifah Indarparawangsa didampingi Wabup Pungkasiadi berdialog dengan warga dalam kunker di Mojokerto, Rabu (19/6). [kariyadi/bhirawa]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, melakukan kunjungan kerja dan peninjauan ke PT Pakerin (Pabrik Kertas Indonesia) Kec Pungging, dengan didampingi Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, Rabu (19/6) kemarin.
Dalam kunjungan itu, Gubernur Khofifah membahas penggunaan bahan baku kertas yang digunakan PT Pakerin, berupa kertas bekas atau waste paper import. Bahan import dari luar negeri ini tidak murni unsur kertas, namun bercampur dengan material sampah plastik yang sulit terurai. Isu yang disorot saat ini adalah indikasi tercemarnya sungai karena limbah sisa produksi kertas itu.
”Misalnya bahan waste paper yang dipakai mencapai 1.500 ton. Jika dalam seribu ton saja, 300 nya adalah unsur ikutan yakni plastik, tentunya mengkhawatirkan. Sebab kita sendiri gencar memerangi sampah plastik,” sebut Khofifah.
Gubernur Khofifah ingin industri kertas tetap menjaga tatanan lingkungan yang sehat. Jika tercampur sampah plastik namun sudah terlanjur, KLHK akan memberi restriksi pada ikutan-ikutan itu.
”Kami mempunyai catatan industry – industri di Jatim yang mengimport bahan baku dari luar. Jika terdeteksi plastik, bisa dikembalikan dan segera tindaklanjuti. Karena kita juga sadar, jika industri kertas menggunakan bahan pulp, eksistensi hutan juga terancam,” tambah Khofifah.
Khofifah mempersilahkan import waste paper pada industri kertas. Namun dengan catatan tidak ada tercampur sampah plastik, maupun B3, serta pastikan betul darimana. Dirinya juga menyebut bahwa bahan baku waste paper yang mengandung plastik, boleh dikembalikan ke negara asal. Hal ini sesuai dengan hasil Konvensi Basel.
Selain PT Pakerin, beberapa industri kertas di Kab Mojokerto yang menggunakan waste paper impor antara lain PT Mega Surya Eratama, PT Sun Paper Source, dan PT Mekabox International.
Namun disamping permasalahan ini, adanya sampah plastik dari sisa bahan baku itu memberi kontribusi ekonomi masyarakat sekitar industri kertas yang tersebar di wilayah Desa Bangun, Dusun Bangun, Kali Tengah, dan Ploso, Kec Pungging, serta Desa Sukoanyar dan Desa Tanjangrono, Kec Ngoro.
Jumlah plastik mencapai 40 hingga 50 truk per hari dengan kisaran 75 ton per hari. 60% sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang, dijual ke industri tahu, kerupuk, dan batu bata sebagai bahan bakar. Hal ini tentu menimbulkan pencemaran udara yang membentuk senyawa karsinogenik.
Maka perlu adanya kebijakan import waste paper di industri kertas. Serta, tanggung jawab pengelolaan lingkungan oleh perusahaan.
”Perusahaan harus mengolah lagi sampai pada residu akhir yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Ini untuk menjaga lingkungan tetap baik,” pungkas Wabup Pungkasiadi. [kar]