Gubernur Khofifah Luncurkan KUR Petani Garam

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Menko Bidang Perekonomian RI Dr Darmin Nasution melihat hasil produk garam rakyat.

Pemprov, Bhirawa
Produktifitas petani garam terus didorong agar dapat kembali meningkat. Khususnya di wilayah Madura yang merupakan daerah penghasil garam terbesar di Indonesia. Upaya peningkatan itu salah satunya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menko Bidang Perekonomian RI Dr. Darmin Nasution pada kesempatan itu menjelaskan, pemerintah terus berusaha untuk memperbaiki kebijakan penyaluran KUR demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Usaha yang dilakukan antara lain yang dulunya petani garam tidak termasuk penerima KUR karena termasuk usaha galian C, tetapi akhirnya dengan kebijakan yang baru mereka bisa mendapatkan kucuran KUR.
Usaha lainnya adalah seluruh pelaku usaha bisa mendapatkan kucuran KUR tanpa melihat jenis usahanya, tanpa agunan dan dengan bunga yang sangat rendah. Saat ini bunga tujuh persen per tahun. Yang lebih menyenangkan adalah angsuran kredit dapat dibayarkan setelah masa panen tiba. “Pembiayaan usaha tidak mudah diatasi apabila pembiayaan usaha dari uang sendiri,” ungkapnya saat memberikan sambutan pada Penyaluran KUR Garam Rakyat, di Lapangan Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Sabtu (13/4).
KUR merupakan kredit dengan angka menunggak pembayaran paling kecil dari kredit yang diluncurkan oleh pemerintah. Dijelaskan pula pada kesempatan itu, bahwa selama ini garam yang diimport oleh pemerintah adalah garam yang diperlukan untuk produksi industri kaca, atau lensa kacamata. Karena garam yang diproduksi rakyat kualitasnya belum sesuai dengan standar yang diperlukan untuk keperluan industri. “Pemerintah sangat menginginkan harga garam stabil disetiap waktu,” harapnya.
Salah satu yang harus dilakukan menurutnya, dengan membuat gudang walaupun pembuatan itu tidak mudah, sehingga bisa menyimpan produksi yang berlimpah, dan dijual dengan harga yang stabil. Selain itu untuk tingkatkan kualitas sesuai dengan SNI dan kuantitas produksi garam diharapkan para petani menggunakan teknik geomembran, yaitu dengan memperbaiki kondisi lahan dari tradisional menjadi semi intensif, dan melapisi tanah dengan terpal plastik.
Sementara itu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berharap KUR bisa menjadi pintu masuk kebangkitan petani garam rakyat. Harapan tersebut diinginkan agar kejayaan produksi garam di Pulau Madura, khususnya di wilayah Kalianget, Kabupaten Sumenep beberapa tahun yang lalu kembali naik. “Tetesan KUR dan teknologi tepat guna sangat dinantikan oleh petani garam,” ungkapnya.
Gubernur Khofifah menjelaskan, kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, sehingga kejayaan tersebut sempat menurun. Kendati saat ini Kabupaten Sumenep dan Sampang masih sebagai daerah produksi garam terbanyak di Indonesia. Di Jatim, terdapat 13 kabupaten/kota yang mempunyai lahan produksi garam cukup luas. Di antaranya Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Sampang, Kota Surabaya , Probolinggo. “Saat ini sangat diperlukan pemetaan daerah penghasil garam sehingga menjadi potensi unggulan daerah, dengan menggunakan teknologi tepat guna,” ungkapnya.
Selain itu diperlukan juga agar para pengepul garam menentukan standar harga agar harga tetap terjaga dan tidak turun pada waktu-waktu tertentu. Pada kesempatan itu, Gubernur Khofifah juga berharap agar ada kerjasama antara Kemenko Bidang Perekonomian, Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), perguruan tinggi dan akademisi. Dengan harapan, kebijakan yang tercipta akan menjadikan sentra-sentra penghasil garam menjadi berlian-berlian laut yang mengungkit kesejahteraan masyarakat garam.
“Mudah-mudahan usaha-usaha yang dilakukan termasuk penyaluran KUR mampu membangkitkan kesejahteraan petani garam,” pungkasnya penuh harap. [tam]

Tags: