Gubernur Pesan 400 Unit Harvester Padi Karya SMK

Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo Syamhudi Arifin menunjukkan foto proses produksi harvester ZAAGA kepada Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman, Rabu (22/4).

Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo Syamhudi Arifin menunjukkan foto proses produksi harvester ZAAGA kepada Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman, Rabu (22/4).

Dindik Jatim, Bhirawa
Indonesia akan segera memiliki harvester (mesin penuai) padi modern produksi dalam negeri. Ini akan menjadi harapan baru dalam peningkatan produksi padi dalam negeri. Yang lebih membanggakan lagi, harvester ini adalah karya siswa pendidikan kejuruan, alias SMK.
Inovasi ini lahir dari tangan-tangan kreatif siswa SMK PGRI 2 Ponorogo. Karya bernama combine harvester ZAAGA ini diyakini mampu menjadi produk nasional lantaran fungsinya yang sesuai dengan kebutuhan dunia pertanian saat ini. Bahkan Gubernur Jatim pun sudah memesan alat ini sebanyak 400 unit.  “Sekarang kita sedang menyelesaikan pesanan gubernur. Sudah sekitar 135 unit yang selesai dibuat. Diperkirakan dua bulan lagi 400 unit pesanan gubernur itu akan selesai,” tutur Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo Syamhudi Arifin ditemui saat mendatangi Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Rabu (22/4).
Tidak hanya Gubernur Jatim, Arifin mengaku juga mendapat pesanan dari Presiden Jokowi sebanyak 1.000 unit. Proses pemesanan produk itu kini tengah memasuki tahap negosiasi. Pihaknya mengaku sudah menyiapkan SDM jika pesanan presiden sudah deal untuk dikerjakan. “Presiden tertarik dengan alat ini saat beliau berkunjung ke Ponorogo sebulan lalu,” kata dia.
Diakui Arifin, pengembangan harvester ini sudah dimulai sejak 2012 lalu dan baru 2015 ini berhasil menjadi mesin siap pakai sekaligus siap diproduksi massal. Dari awal mula pengembangannya, Arifin mengaku sudah mendapat dukungan penuh Gubernur Jatim baik dari segi pembiayaan maupun pembinaan.  “Dari awal gubernur terus mendorong kita agar bisa mengembangkan alat ini sampai bisa diproduksi massal,” kata dia.
Sampai pada 2015 ini, ZAAGA berhasil diuji performa dan mendapat lisensi dari Hak Atas Karya Intelektual (HAKI). Untuk memproduksi massal, pihaknya bekerjasama dengan PT Jogja Inovasi Teknologi (JIT) di Madiun. “SMK tidak bisa memproduksi massal. Tapi kita yang menyiapkan SDM-nya untuk dikirim ke PT JIT,” tutur dia.
Arifin meyakinkan alat bikinan siswa binaannya  dapat meningkatkan produksi padi di Jatim dari 7 juta ton per tahun menjadi 8 juta ton per tahun. Ini ZAAGA mampu menekan angka loses padi saat panen sampai 3 persen. Jika menggunakan metode derep (manual), angka loses bisa mencapai 7-15 persen.
Cara kerjanya sama seperti umumnya harvester di luar negeri. Harvester dioperasikan di atas sawah padi yang siap dipanen. Satu orang menjadi operator ZAAGA, satu lagi mengantongi gabah. Secara otomatis, harvester akan memotong padi menggunakan mesin gunting. Padi yang dipotong, masuk dalam mesin pintal kemudian dipisahkan antara gabah dan jerami. “Jerami turun diinjak mesin masuk ke tanah, gabahnya masuk sak,” tutur dia.
Proses memanen menggunakan harvester juga lebih murah dan cepat dibanding derep. Satu hari, alat ini bisa memanen sampai tiga hektare sawah. Sedangkan metode derep satu hektare bisa dikerjakan oleh sepuluh orang dengan waktu sampai lima hari.
Arifin mengakui, proses penciptaan alat ini tidak serta merta jadi. Di awal prosesnya, alat ini sempat berkali-kali protol saat diujicoba. Namun kegagalan itu tak membuat para siswa dan guru pendamping di sekolahnya putus asa. “Akhirnya jadi juga. Kebetulan hari ini (kemarin) alat kita juga ini sedang diadu performanya di Subang, Jawa Barat. Lawannya mesin harvester pabrikan buatan Jepang, Tiongkok dan lain-lain,” kata dia.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Saiful Rahman mengungkapkan kekagumannya atas karya siswa SMK ini. Menurutnya ini bisa berpeluang menjadi produk nasional. “Kualitasnya sudah jelas. Service after sales juga ada. Ini karya dari Jatim untuk Indonesia,” kata Saiful.
Dindik Jatim memastikan akan terus mendukung pengembangan produk ini. Bahkan tidak hanya Dindik, sinergi lintas satuan kerja seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan juga sudah digalakkan. Pihaknya mengaku akan membantu mempromosikan alat tersebut. Di upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada  2 Mei mendatang, alat ini juga akan didatangkan ke Gedung Negara Grahadi. “Juni mendatang, rencananya akan kita kirim ke pameran pendidikan kejuruan tingkat nasional,” pungkas mantan Kepala Badiklat Jatim ini. [tam]

Tags: