Gubernur Sambut Baik Tawaran Indonesia Australia Fair 2015

Ketua Dekranasda Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo saat beraudiensi dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (28/4).

Ketua Dekranasda Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo saat beraudiensi dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (28/4).

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo menyambut baik tawaran untuk mengisi kegiatan Indonesia Australia Fair 2015 yang akan digelar di Canberra Ibukota Australia pada November nanti. Mantan Sekdaprov Jatim itu optimistis dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut akan sangat bermanfaat bagi Jatim.
“Tapi sebelum pelaksanaan Indonesia Australia Fair, kami akan melakukan pra meeting untuk membahas dan mencari informasi peluang bisnis yang ada di Australia. Terlebih Jatim sudah memiliki sister province di Western Australia,” kata Gubernur Soekarwo saat menerima audiensi Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema di Gedung Grahadi Surabaya, Selasa (28/4).
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, kesempatan perluasan kerjasama antara Jatim dan Australia sangat besar, karena tetangga dekat Jatim dan hubungan yang sudah terjalin sejak lama. Namun saat ini kondisi ekspor Jatim ke Australia defisit, karenanya melalui pameran itu diharapkan bisa dikembangkan lebih banyak lagi.
“Utamanya untuk ekspor buah-buahan Jatim karena ada ciri buah tropis terdapat bintik, sehingga tidak bisa masuk ke Australia. Standar makanan dan minuman Australia sangat tinggi, karenanya kami berencana membuat ekstrak agar buah-buahan dari Jatim bisa diterima,” katanya.
Selain kerjasama di bidang perekonomian, Pakde Karwo juga berniat untuk membangun kerjasama di bidang pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mini yang telah dikembangkan Pemprov Jatim adalah filial yang berstandar internasional.
Bahkan, lanjutnya, sebagian kepala sekolah SMK Mini tersebut masih dilatih di Jerman untuk peningkatkan kualitas. “Dengan mendapatkan standar sertifikasi pendidikan dari Australia, merupakan pintu gerbang masuk ke Uni Eropa,” lanjutnya.
Lebih lanjut disampaikan, meskipun saat ini kondisi politik antara Indonesia dan Australia sedang turun, namun hubungan bisnis tidak bisa berhenti begitu saja. Konsep bisnis harus berjalan, karena untuk mendukung kondisi perekonomian wilayah. “Politik dan ekonomi adalah konsep yang berkaitan namun berbeda. Ini penting untuk menunjang kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Dubes Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema mengatakan, Indonesia Australia Fair adalah kombinasi business summit dan pameran ekonomi kreatif, wisata dan budaya Indonesia di Australia yang rencananya nanti digelar 13-15 November 2015. Jatim dipilih sebagai salah satu peserta perwakilan Indonesia karena kemajuan pertumbuhan ekonominya, juga cara beretika masyarakatnya yang bisa dicontoh daerah lain di Indonesia.
Nadjib menambahkan, saat ini neraca perdagangan di Indonesia secara umum defisit terhadap Australia. Ini disebabkan menurunnya jumlah ekspor minyak kelapa sawit pada 2014. Kondisi tersebut cukup tidak adil karena Indonesia adalah negara pengimpor gandum, kapas, dan sapi terbesar di Australia.
“Saya sudah bertemu dengan Menteri Perdagangan Australia terkait kondisi ekspornya yang sangat menurun terhadap Indonesia. Karenanya sekitar akhir Mei maksimal Juni rombongan Menteri Perdagangan dan 200 pengusaha dari Australia akan datang ke Indonesia,” terangnya.
Selain bertemu dengan Pakde Karwo, Dubes Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat juga bertemu dengan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo. Dalam kesempatan itu, Bude Karwo, sapaan lekat Nina Soekarwo mengapresiasi tawaran Indonesia Australia 2015 sebagai ajang promosi kerajinan, wisata, budaya, dan ekonomi kreatif Jatim.
“Kami akan mempersiapkan kerajinan unggulan batik, karena 38 kabupaten/kota di Provinsi Jatim memiliki batik khasnya masing-masing. Dan setiap pameran yang telah dilakukan Dekranasda Provinsi Jatim ternyata batik banyak penggemar dan peminatnya,” ungkap Istri Gubernur Jatim ini.
Selain batik, lanjutnya, kerajinan perak dan kayu juga menjadi unggulan karena harganya relatif tidak mahal. Berdasarkan data dari Badan Penanaman Modal (BPM) Provinsi Jatim, data ekspor furnitur kayu cukup tinggi ke Australia, itu menunjukkan selera pangsa pasar Australia cukup bagus.
“Berdasarkan informasi yang diperoleh masyarakat Australia tidak terlalu konsumtif, dan tidak menyukai harga barang yang tinggi. Mereka akan mengambil harga middle ke bawah dan kita akan menyesuaikan,” jelasnya. [iib]

Tags: