Gubernur Soekarwo: Budaya Mampu Basuh Kotoran Politik

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo dan Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf foto bersama usai menyerahkan gunungan kepada dua dalang Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Kekotoran politik yang sering muncul dalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) selalu diwarnai banyak gesekan. Lewat kebudayaan, kekotoran itu bisa dijernihkan dengan damai dan berakhir hingga menjadi guyub dan rukun.
“Karena apa ? karena budaya adalah bagian yang bisa menjernihkan seseorang sehingga guyub rukun, yang lebih penting daripada sebuah kemenangan, apalagi kekalahan,” kata Gubernur Jatim Dr H Soekarwo saat menyampaikan sambutan di acara pagelaran wayang memperingati Hari Jadi Provinsi Jatim ke-72 yang diselenggarakan di lapangan Kodam V Brawijaya, Selasa (17/10) malam.
Gubernur Jatim yang akrab dipanggil Pakde Karwo ini menegaskan, kerukunan dan keguyuban masyarakat dinilai lebih penting daripada sebuah kekalahan maupun kemenangan dalam sebuah pemilukada. Oleh sebab itu, dirinya menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang ikut bagian dalam membangun sebuah keharmonisan.
“Saat ini tidak hanya menggelarkan kebudayaan yang membasuh kotoran-kotoran politik, tapi Gus Ipul sudah berubah penampilannya menjadi seperti Sunan Kalijaga yang menjadikan Sunan Bonang membuat kebudayaan proses Islam yang damai,” katanya.
Melalui momen pagelaran wayang memperingati Hari Jadi ke-72, Pakde Karwo mengajak seluruh masyarakat untuk bisa mengambil nilai positif dari acara tersebut. “Saya kira ini menjadi pelajaran yang sangat luar biasa, kecerdasannya luar biasa, dan inilah filosofi malam ini, saya bersama TNI dan tokoh masyarakat dan rakyat ingin melihat dan merasakan acara ini,” jelasnya.
“Ini memberikan semacam tuntunan terhadap kita soal modernisasi itu bukan seperti kebarat-baratan, modernisasi bagian dari sopan santun, etik dan warna yaitu harus menampung semuanya,” imbuh Pakde Karwo.
Masih menurut Pakde Karwo, kebudayaan yang sejuk dan damai sudah diberikan tuntunan oleh sembilan walisongo. Di mana penyebaran agama Islam di nusantara memberikan solusi kecerdasan yang sangat kuat dalam menyikapi sebuah kesulitan.
“Ini sangat luar biasa. Seperti halnya Mahabarata dan Ramayana bagaimana mengupas secara baik yang kemudian orang seperti berhala diubah menjadi seperti wayang yang tangannya lebih panjang dari tangan orang. Sehingga konsep berhala menjadi seni,” ungkapnya.
Oleh karena itu, orang nomor satu di Jatim ini menyampaikan kalau akulturasi atau perkawinan budaya itu dinilai sangat positif. “Saya yakin Jatim suasananya guyub rukun tetap seperti itu. Karena hari ini diberikan pelajaran penting sebagai tuntunan kita bersama bagaimana substansi dari wayang itu sendiri. Substansinya bukan persoalan kalah dan menang tapi mencari keadilan dan kebenaran. Dan saya yakin, Jatim menjelang Pilgub ini akan tenang,” pungkasnya.
Sementara itu, pagelaran wayang kulit yang digelar semalam suntuk dengan dalang Ki Manteb Sudarsono duet bersama Ki Anom Suroto mengambil lakon Babad Wonomarto. Hadir pada kesempatan itu Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko, Pangarmatim Laksda TNI Darwanto, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin, Ketua DPRD Jatim Abdul Halim Iskandar dan Wagub Jatim Saifullah Yusuf. Untuk memulainya pagelaran tersebut, Pakde Karwo menyerahkan gunungan wayang kepada kedua dalang kondang tersebut. [iib]

Tags: