Gubernur Tak Risau 54 Persen Tenaga Kerja Jatim Lulusan SD

Dr H Soekarwo

Dr H Soekarwo

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH, MHum mengaku tak begitu risau dengan data yang baru dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, yang menunjukkan 54,13 persen tenaga kerja Jatim lulusan SD. Sebab data tersebut mengikutkan pekerja yang usianya sudah menginjak kepala enam.
“Data BPS itu tentang tenaga kerja di Jatim. Memang jumlahnya banyak yang lulusan SD, tapi mereka yang usianya sudah mencapai 65 tahun juga dihitung, karena masih aktif bekerja,” kata Gubernur Soekarwo, Minggu (11/5).
Menurut dia, jika melihat Angkat Partisipasi Murni (APM) para tenaga kerja sudah lulus hingga SMP. Tapi jika mereka yang sekarang usianya mencapai 65 tahun masih dianggap tenaga kerja, rata-rata tenaga kerja Jatim hanya lulusan SD saja.
Meski hanya lulusan SD, lanjutnya, tapi memiliki kelebihan atau keahlian yang luar biasa. Mereka mengetahui seluk beluk tentang besi, mengetahui semua hal yang mereka kuasasi secara detail. Bahkan bisa dikatakan yang lulusan pendidikan tinggi kalah dengan mereka yang hanya lulus SD.
“Di beberapa daerah di Tapal Kuda memang banyak yang tidak lulus SD atau SMP. Tapi dia baca dan tulis Arabnya lancar sekali. Dia juga memiliki keahlian yang luar biasa dan sukses. Tapi meski dia pandai, kalau didata BPS mereka tetap saja dianggap tidak pandai karena tidak lulus sekolah formal seperti SD, SMP atau SMA,” paparnya.
Oleh karena itu, kata Pakde Karwo, sapaan karibnya, dirinya tidak begitu risau karena yakin tidak akan begitu berefek dengan tingkat daya saing kerja jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015 mendatang. Apalagi Pemprov Jatim telah memiliki banyak upaya untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja di Jatim lebih baik lagi.
“Masyarakat kita itu memiliki jiwa petarung yang luar biasa. Saya tak begitu khawatir karena daya saing masyarakat Jatim itu luar biasa. Kita akan membangun SMK mini di ponpes-ponpes. Ini upaya untuk menyiapkan SDM yang siap kerja,” pungkasnya.
Untuk diketahui, ada kekhawatiran jika daya saing tenaga kerja Jatim rendah. Sebab data BPS Jatim menunjukkan dari 19,885 juta tenaga kerja di Jatim, yang lulusan SD ke bawah mencapai 10,338 juta atau sekitar 54,13 persen
Sementara jumlah tenaga kerja yang lulusan SMP mencapai 3,477 juta atau 17,86 persen, lulusan SMA sebesar 2,544 juta atau 12,87 persen, SMK mencapai 1,682 juta atau 8,22 persen dan Perguruan Tinggi mencapai 1,485 juta atau 6,92 persen.
“Ini yang harus diwaspadai. Menjelang penerapan Asean Economy Community pada 2015,  ternyata Sumber Daya Manusia di Jatim masih sangat rendah. Jika nanti sampai tenaga kerja luar negeri mengalahkan tenaga kerja Jatim, ini akan berdampak negatif bahkan bisa terjadi kekacauan. Sama seperti yang terjadi di Papua, di Aceh dan di Kalimantan,” ujar Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Jatim Gantjang Amanullah beberapa waktu lalu.
Hal ini perlu diwaspadai karena dengan tingkat pendidikan yang rendah, bisa dipastikan mereka akan sangat sulit bersaing dan akan tersingkir dalam kompetisi kerja. Dampak selanjutnya, pengangguran akan semakin meningkat. Padahal hingga Februari 2014, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Jatim mengalami kenaikan walaupun sangat kecil, yaitu di kisaran 0,07 persen. Pada Februari 2014, TPT di Jatim mencapai 832.380 orang, padahal pada Februari 2013 hanya di kisaran 808.350 orang. [iib]

Tags: