Gubernur Tandatangani MoU Blue Economy

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo berdiskusi dengan peserta Kongres ke-9 Blue Economy yang digelar di Hotel Novotel Surabaya.

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo berdiskusi dengan peserta Kongres ke-9 Blue Economy yang digelar di Hotel Novotel Surabaya.

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mendatangani kesepakatan bersama atau MoU dengan Yayasan Ekonomi Biru, tentang kerjasama pembangunan ekonomi lokal di Jatim melalui pendekatan konsep ekonomi Biru. konsep blue economy adalah program bersama yang sangat bagus, lebih efisien daripada Green Economy, bisa memanfaatkan tenaga kerja lebih banyak dan sinergi dengan berbagai program untuk lingkungan.
“Dari 38,6 juta penduduk Jatim, sekitar 20,1 tenaga kerja, yang terserap 19,3 juta,  800 ribu pengangguran, yang usia produktif 14.19 persen. Mereka perlu didorong, salah satu upaya memanfaatkan potensi laut, maka rumput laut menjadi industri baru,” kata Gubernur Soekarwo, pada pembukaan Kongres ke-9 Blue Economy di Hotel Novotel Surabaya, Senin (13/4).
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, Pemprov Jatim kerjasama dengan LSM membuat bank mangrove yang diperbantukan untuk masyarakat pesisir. Sesuai dengan Ideologi pembangunan Jatim adalah partisipatoris. Pemerintah meng-create, memfasilitasi, masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan
“Hari ini membuka pertemuan untuk  meningkatkan ekonomi biru, harus bersinergi dengan kondisi lokal Jatim juga menggalakkan mangrove. Kita akan mempelajari implementasi dari konsep  blue economy karena sangat efisien dan lebih produktif. Misalnya pengembangan mangrove di Tuban yang sudah 80 meter kehilangan pantai/ abrasi, bahkan sekarang sudah bertambah lima meter lagi. Selain itu  juga  mempelajari konsep yang implementatif dari Blue economy memanfaatkan potensi yang ada di pantai selatan,” ujarnya,
Industri perikanan di Jatim lebih banyak budidaya daripada tangkap, yaitu 60  % produk perikanan budidaya dan 40 % tangkap. Di Jatim potensi ikan sangat rendah sekitar 35% dari potensi, sedangkan 65 % . “Kekurangan dari sebuah industri harus bisa diubah menjadi nilai tambah. “Saya mengharapkan hasil diskusi dalam kongres Ekonomi Biru ini daapt menyumbangkan pemikirannya dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik terutama di bidang lingkungan dan terintegrasinya pembangunan. Kemudian dapat diimplementasikan, dan bermanfaat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik masalah ikan, mangrove, garam, rumput laut dan hal-lain,”  tambahnya.
Ekonomi biru ini akan menyertakan masyarakat, caranya masyarakat dipintarkan dengan transfer knowledge diajarkan cara berbisnis praktis sehingga tercipta lapangan kerja, akhirnya mengentaskan kemiskinan. Kuncinya terletak pada Inovasi  dan science technologi  yang benar
Ketua Panitya Blue Economy Foundation Dr Sri Woro B Harjono menjelaskan, Blue Economy merupakan suatu rangkaian pendekatan dalam kegiatan industri yang meliputi beberapa aspek, antara lain ramah ingkungan, berkelanjutan, multi produk. sistim produksi bersiklus, minimum buangan, dengan lebih menekankan pada aspek inovasi berwawasan ekosistem, dan iptek. Melibatkan masyarakat melalui transfer pengetahuan, praktek kewirausahaan untuk pembangunan ekonomi lokal menuju pengentasan kemiskinan, yang merupakan komitmen internasional
Blue economy adalah pemanfaatan bahan baku dan segala proses produksi yang mengikuti cara kerja alam. Model ekonomi seperti ini nantinya yang akan memperhitungkan keuntungan serta strategi inovasi dengan mengikuti kondisi alam.
Tujuan diadakannya kongres ini adalah untuk mempercepat realisasi keterlibatan masyarakat dengan memanfaatkan Corporate Social Responsibility (CSR) pihak industri yang mengelola sumber daya alam. Hal ini sesuai dengan Undang-undang (UU) Nomor 47 Tahun 2007, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 2012. ,
Konggres berlangsung tgl 13 – 15 April, dengan nara sumber Deputy bidang Pengembang SDM Kementerian Pariwisata, Direktur lingkungan hidup Bappenas, Dirjen SDM pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Peneliti dan Penggagas Blue Economy Prof. Dr. Gunter Pauli dari Amerika Serikat Prof Gunter Paulim ini.
Peserta Konggres akan mengadakan kunjungan ke tambak budidaya mangrove  milik Politeknik Perikanan dan Kelautan Sidoarjo, dan Pusat Pelatihan di Trawas ( milik Universitas Surabaya), lokasi penerapan konsep Blue Economy pada Budidaya Perikanan.
Konggres diikuti para pakar ekonomi dari luar negeri antara lain dari China, Afrika Selatan, Jepang, Jerman dan Brazil, Asisten Sekda Prov Jatim bidang ekonomi Hadi Prasetya, Kepala SKPD dan kepala biro Perekonomian dan kepala Biro SDA Setda prov Jatim,  para pakar dari ITB, UI, UGM, UNDIP, UBAYA. [iib]

Tags: