Gubernur Tegaskan Pendekatan Partisipatoris dan Kultural Kesuksesan Pembangunan Lingkungan Hidup

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo berfoto bersama narasumber di acara Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Provinsi Jatim di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pendekatan partisipatoris dan kultural menjadi kunci sukses dalam pembangunan lingkungan hidup (LH) di Jatim. Dengan pendekatan itu, seluruh daerah, stakeholder, serta masyarakat menjadi kompak, termotivasi, dan bahu-membahu untuk membangun LH sesuai potensi daerahnya masing-masing.
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo guna menjawab pertanyaan enam panelis yang menjadi tim penilai penghargaan Nirwasita Tantra oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI di Ruang Rimbawan II, Gedung Manggala Wanabakti, Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (7/7).
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim mengatakan, salah satu bentuk partisipatoris dalam konteks hubungan dengan pemerintah kabupaten/kota adalah mengedepankan pendekatan fungsional, seperti pemberian bantuan keuangan bagi kabupaten/kota terhadap program-program LH yang disusun.
Walaupun sesuai perundangan telah ada perubahan otonomi daerah kabupaten/kota, pendekatan fungsional-bukan struktural, tetap dijalankan agar tercipta partisipatoris. “Dengan pendekatan fungsional, kabupaten/kota yang memiliki program LH yang baik dan sejalan dengan RPJMD kami berikan bantuan keuangan” katanya.
Dengan pendekatan dan bantuan keuangan itu, lanjut Pakde Karwo, membuat pemerintah kabupaten/kota dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat makin termotivasi untuk membangun dan melestarikan LH sesuai potensinya masing-masing. Imbasnya, berbagai inovasi di bidang LH berkembang dengan baik di Jatim.
“Inovasi-inovasi dan terjaganya LH itu berbuah penghargaan-penghargaan di bidang LH untuk kabupaten/kota, seperti Adipura dan Adiwiyata. Bahkan dalam penghargaan yang diberikan saat Hari Lingkungan Hidup Tahun 2016 kemarin, kabupaten/kota asal Jatim mampu mendominasi penghargaan Adipura dan Adiwiyata” ujar Pakde Karwo.
Selain pendekatan fungsional, Pakde Karwo juga melakukan pendekatan kultural untuk membangun LH di Jatim. Pasalnya, terdapat tiga kultur di Jatim, yakni Jatim sebelah tengah ada kultur budaya arek dengan kalangan intelektual, sebelah barat ada budaya mataraman yang patuh pada birokrasi, dan sebelah timur atau pendalungan dan Madura yang patuh kepada kiai.
“Jadi pendekatannya berbeda-beda karena kulturnya juga berbeda. Manajemen yang maju adalah yang mengutamakan kultural” kata Pakde Karwo.
Masih menurut Pakde Karwo, berbagai inovasi terus dilakukan Pemprov dan seluruh stakeholder dalam membangun LH guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jatim. Diantaranya, inovasi pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan, Pasuruan dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Proyek KPBU SPAM Umbulan direncanakan berkapasitas produksi 4.000 liter/detik, yang akan disalurkan untuk sekitar 1,3 juta orang di Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik.
Selain itu, Pakde Karwo juga melakukan inovasi dan solusi pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan bekerja sama dengan PT. Semen Indonesia atau PT SI. Dengan kerjasama itu, kedepan sampah dan limbah B3 akan diolah oleh pabrik PT. SI sebagai bahan baku dan bahan bakar alternatif. Potensi sampah yang dihasilkan sebanyak 64.760,92 ton/tahun, sedangkan potensi limbah B3 di Jatim mencapai sekitar 170 juta ton/tahun.

Langganan Juara
Masih menurut Pakde Karwo, strategi pendekatan partisipatoris dan kultural serta inovasi-inovasi itu berhasil membuat Jatim jadi provinsi yang langganan juara penghargaan LH. Diantaranya, peringkat pertama nasional penghargaan Nirwasita Tantra Award 2016 dalam Hari Lingkungan Hidup sedunia (World Environmet Days) Tingkat Nasional Tahun 2016, kemudian penghargaan Efisiensi Energi Nasional Tahun 2016.
Prestasi itu melengkapi penghargaan-penghargaan di bidang LH yang diraih tahun-tahun sebelumnya seperti Penghargaan Wana Lestari dimana sejak 2010 Jatim selalu jadi langganan juara. Yakni pada 2010, menanam pohon sebanyak 181.408.952 (Juara I Nasional), pada 2011 menanam 206.129.262 (Juara I Nasional), pada 2012 menanam 212.580.707 (Juara 1 Nasional), dan pada 2015 meraih Juara Umum Wana Lestari dengan menanam 114.583.133 pohon.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jatim, Ir. Bambang Sadono, MM mengatakan, sampai sejauh ini, Jatim masih menempati posisi teratas untuk nominasi peraih penghargaan Nirwasita Tantra Award 2017 dengan mengungguli provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Bali, dan Kalimantan Timur.
“Penilaian untuk penghargaan tahun ini lebih ketat dan berat daripada tahun sebelumnya. Tahun lalu kita hanya paparan dan mengirim dokumen dan bukti pendukung saja, tapi tahun ini panitia juga melibatkan kabupaten/kota untuk kroscek” pungkasnya. [iib.rud]

Tags: