Gudang Garam Mampu Bertahan di Era Pandemi Berkat Antisipasi Valid

Tampak kesibukan di pabrik rokok Gudang Garam

Surabaya, Bhirawa
Fokus pada kualitas dan ketersediaan produk dipasar tetap terjaga dan mempertahankan posisi keuangan yang konservatif dan sehat menjadi pilihan PT Gudang Garam Tbk. tahun ini.

Hal ini diakui Direktur Gudang Garam, Heru Budiman yang mengatakan bahwa langkah tersebut diambil Perseroan karena sebelumnya, di penghujung tahun 2019, Gudang Garam telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya  penurunan volume penjualan akibat kenaikan tarif cukai / harga jual eceran (HJE) di tahun 2020.

“Namun kemudian muncul Pandemi COVID-19 yang membuat tantangan semakin berat, karena daya beli masyarakat semakin tertekan, terutama di kalangan bawah,” jelasnya dalam acara “Paparan Publik Live” yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia,

Dalam kesempatan itu, Heru juga menjelaskan bahwa secara total, volume penjualan Gudang Garam pada paruh pertama tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 8.8% menjadi 42.5 miliar batang. Dimana untuk kategori sigaret kretek mesin full flavor (SKM FF) mengalami penurunan 6.6% menjadi 35,8 miliar batang, sedang sigaret kretek mesin rendah tar nikotin (SKM LTN) turun 45.6% menjadi 2,3 miliar batang.

“Sigaret kretek tangan (SKT) merupakan satu-satunya segmen yang mencatat pertumbuhan, sebesar 7.5% menjadi 4.5 miliar batang,” terang Heru.

Kondisi ini sejalan dengan hasil riset pasar Nielsen, dimana melemahnya permintaan rokok terus berlangsung dengan adanya penurunan volume penjualan industri secara keseluruhan sebesar 12.8% menjadi 110.4 miliar batang.

Volume penjualan SKM FF yang turun 7.2% menjadi 54,6 miliar batang masih tetap merupakan segmen terbesar yang mencakup 49.5% pangsa pasar. Volume penjualan SKM LTN mengalami penurunan sebesar 23,1% menjadi 30.4 miliar batang sedangkan volume SKT turun 5.1% menjadi 20,3 miliar batang. Untuk kategori terkecil, yakni rokok non-kretek atau rokok putih (SPM), volume penjualan turun sebesar 25.9% menjadi 5,0 miliar batang.

Pertumbuhan pendapatan penjualan Perseroan tercatat sebesar 1,7% menjadi Rp 53,7 triliun dicapai karena adanya kenaikan harga dan penurunan volume. Marjin laba bruto turun dari 18,9% menjadi 16,1% akibat kenaikan beban cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) sebesar 6,7% menjadi Rp 35,8 triliun.

Beban cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) mencapai 79,5% dari total biaya pokok penjualan pada paruh pertama tahun 2020 dibandingkan dengan 78,4% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sekalipun demikian, secara total, aset Perseroan mengalami kenaikan 18,7% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 menjadi Rp 79,2 triliun, terutama disebabkan oleh naikknya kas, persediaan dan aset tetap.

Sedang total Iiabilitas juga mengalami peningkatan 9,5% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya menjadi Rp 24,4 triliun, yang terutama disebabkan oleh kenaikan jumlah pinjaman jangka pendek dan utang cukai, PPN dan pajak rokok. Rasio total liabilitas terhadap ekuitas mengalami perbaikan dari level 50% menjadi 45.(ma)

Tags: