Gugurnya Syachrul Anto dalam Misi Kemanusiaan Lion Air

Syachrul Anto semasa hidup sering menjadi relawan. Salah satunya menjadi relawan pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air.

Impian Besar Mendirikan Yayasan Sosial Terkubur dalam Kenangan
Kota Surabaya, Bhirawa
Menjalankan misi kemanusiaan tidaklah mudah. Dibutuhkan kegigihan dan keahlian khusus demi menolong antar sesama. Bahkan, rela meninggalkan semua pekerjaan termasuk keluarga. Relawan Sipil Basarnas, Syachrul Anto gugur ketika melakukan penyelaman pesawat Lion Air PK-LQP di Tanjung Karawang. Pria berusia 48 tahun ini meninggal saat menjalankan misi kemanusiaan pada Jumat (2/11) lalu.
Duka jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 belum usai. Keberadaan ratusan penumpang dan kru pesawat masih banyak yang belum berhasil ditemukan dan diangkut. Pencarian pun gencar dilakukan hingga menginjak hari ke-7 pada Minggu (4/11) kemarin. Namun, kabar duka kembali datang. Kali ini justru dari salah satu anggota tim yang tengah melakukan penyelamatan.
Penyelam dari Indonesian Diving Rescue Team (IDRT) di bawah koordinasi Basarnas, Syachrul Anto, meninggal pada Jumat (2/11) lalu, saat melakukan pencarian korban di perairan Karawang, Jawa Barat.
Almarhum Syachrul Anto yang juga tergabung dalam Indonesia Diver Rescue Team dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa penolong yang sangat tinggi. Meski berprofesi sebagai pengusaha, almarhum Anto tak segan meninggalkan pekerjaannya demi misi kemanusiaan bilamana terjadi kondisi darurat.
Jenazah anggota Diver Rescue Syachrul Anto (48) tiba di rumah duka Jalan Bendul Merisi Gang VIII no 41 Surabaya, Sabtu (3/11). Jenazah almarhum diterbangkan sekitar pukul 05.00 dari Jakarta dan tiba di rumah duka tiga jam kemudian.
Pantauan Bhirawa di rumah Anto pun menggambarkan duka dan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Pihak keluarga pun seperti tak menyangka jika almarhum Anto telah gugur menjalankan misinya.
Bahkan, Impian terbesar Anto bersama istrinya Lyan Kurniawati sangatlah mulia. Mereka sama-sama memiliki impian yakni mendirikan yayasan yang bergerak di bidang sosial. Namun sayang, keinginan itu belum sampai terwujud hingga Syachrul Anto gugur saat bertugas menjadi penyelam relawan yang mengevakuasi tragedi Lion Air JT 610.
Mengenakan kerudung abu-abu, Lyan terduduk di kursi ruang tamu rumahnya. Dengan pandangan kosong, ia mengingat-ingat obrolannya dengan sang suami, soal yayasan sosial yang mereka impikan. “Waktu itu obrolan santai biasa. Dia bilang, ‘Bun, besok-besok kita buat yayasan sosial ya’. Tapi saya tahu dia serius, memang cita-cita kami,” kenang Lyan.
Dimata Lyan, Anto memang dikenal sebagai sosok yang tegas namun penuh perhatian. Segala kebutuhan keluarga besar diperhatikan oleh Anto dengan baik. Lyan menceritakan bagaimana sifat peduli sangat besar dalam jiwa Anto. “Saya kan sering pingin mandiri. Tapi dia selalu bilang ‘Jangan Bun, biar aku saja’. Orangnya sangat peduli dan sisi kemanusiaannya tinggi,” tutur Lyan sembari mengusap air matanya.
Cita-cita yayasan sosial ini sebenarnya mulai dicicil oleh pasangan Anto dan Lyan. Mereka sering mengadakan penggalangan dana saat terjadi bencana-bencana di Indonesia. “Sudah seperti saat Palu kemarin kami menggalang dana. Yayasannya sih bukan yang besar, kecil saja. Yang penting bisa berguna bagi masyarakat,” jelas Lyan.
Namun, impian tersebut harus terkubur dalam-dalan bersama jasad Anto. Lyan hanya bisa melepas kepergian suaminya bersama cita-cita besar mereka. Anto pun dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Bendul Merisi diiringi isak tangisan keluarga.
Rupanya Lyan masih terlihat terpukul karena kematian suaminya. Ia mengatakan bahwa saat berpamitan untuk turut membantu evakuasi Lion Air, Anto dalam keadaan sehat. Meskipun sudah berbulan-bulan tidak melakukan penyelaman, namun ia yakin suaminya mahir dalam menyelam. “Saya masih shock, belum tahu meninggalnya kenapa. Ayah itu hanya relawan, bukan tim Basarnas. Tapi memang orangnya punya lisensi menyelam,” terangnya.
Kemahiran menyelam yang dimiliki Anto membuatnya tergabung dalam komunitas Indonesia Diver Rescue Team. Pria yang sehari-hari tinggal di Makassar ini pun tergolong sebagai penyelam senior yang mempunyai jam terbang tinggi dalam komunitas itu. “Semua spot dive di Indonesia Insya Allah sudah pernah (diselami oleh Anto). Sampai ke pedalaman Papua pernah. Memang dari muda sudah hobi menyelam,” terang Lyan.
Masih dengan terus mengusap air mata menggunakan kerudung abu-abunya, Lyan menceritakan jika Anto telah menjadi relawan Basarnas sejak kejadian Air Asia 2014 silam. Anto dipercaya untuk menjadi salah satu penyelam dalam proses evakuasi ini. “Ayah sampai menemukan co-pilotnya saat itu. Memang senang sekali dia bisa melakukan hobinya untuk misi kemanusiaan,” tutur Lyan lirih.
Sembari menunjukkan beberapa foto saat penyelaman Anto semasa hidup, Lyan berharap penyelaman terakhir Anto dapat memberi arti bagi relawan lain dan para keluarga korban tragedi Lion Air.
Syachrul merupakan tulang punggung keluarga. Namun, Tuhan pun berkehendak lain dan Anto pun harus pergi selama-lamanya, ketika melakukan sar di dasar laut. Kepergiannya tentu membawa duka mendalam bagi anggota keluarga. Anto meninggalkan istri dan seorang putri. [Gegeh Bagus Setiadi]

Tags: