Gula Pasir Langka, Pedagang Naikkan Harga

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Masyarakat Surabaya kini mulai merasakan dampak kenaikan harga beras dan gula pasir dalam beberapa hari terakhir. Kenaikan harga berkisar Rp 1500 sampai Rp 2000 per kilogramnya untuk jenis beras kualitas sedang. Kondisi ini dipicu karena langkanya gula pasir di pasaran.
Selain itu, harga yang mengalami kenaikan juga di topang dengan stok beras dan gula pasir belakangan ini juga mulai menghilang dari tengah-tengah masyarakat.Masyarakat menganggap kenaikan harga beras karena dipicu ditutupnya kran impor beras dan gula pasir oleh pemerintah pusat.
Djoto penjual bumbu dapur di daerah Kendangsari mengungkapkan kenaikan ini bukan hanya berdampak terhadap pembeli saja, penjual pun ikut kelimpungan karena stok barang yang di jual juga berkurang sehingga pendapatan juga ikut turun. Stok Gula pasir yang biasa ia dapat dalam seminggu sekitar 1 kwintal kini ia hanya mendapatkan 1/2 kwintal atau sekitar 50Kg. Dan dalam 3 atau 4 hari, gula tersebut sudah hilang.
“Kalau mau di hitung saya rugi, karena keuntungan berkurang karena stoknya yang memang berkurang. Yang lebih terasa adalah gula pasir, karena saat ini pabrik gula belum melakukan giling. Pabrik gula masih menunggu panen tebu info ini saya peroleh dari saudara saya yang tinggal di Madiun yang rumahnya dekat pabrik gula. Selain itu, pemerintah sedang menutup kebijakan untuk tidak melakukan impor beras dan gula,” jelasnya Kamis (14/5) kemarin.
Djoto melanjutkan, harga gula pasir yang biasa dijual sekitar Rp.9000 per kilogramnya, kini naik menjadi Rp.12.000 per kilogramnya dengan alasan stok gula yang mulai langka di pasaran. Selain itu, di sinyalir para importir enggan melakukan impor karena pemerintah belum memberikan kesempatan dalam melakukan impor dari negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
“Importirnya masih belum diberikan kesempatan untuk bisa import, jadi harga gula bisa dalam waktu seminggu kedepan akan benar-benar mengalami kenaikan. Menyentuh angka Rp.15.000 per kilogramnya bisa saja terjadi, bahkan lebih jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan,” ujarnya.
Kalau pemerintah mau swasembada beras dan gula, seharusnya program tersebut mulai di jalankan dahulu. Saat ini pemerintah boleh membuka import terlebih dahulu, karena memang harga beras dan gula yang mulai naik. Import pun harus ada aturan yakni ada pembatasan, khusus bagi daerah yang belum mempunyai pabrik gula atau kapasitas giling tebu masih minim. Selain itu daerah yang mengalami masalah dengan panen padi harus mendapatkan prioritas. [wil]

Tags: