Gunakan CBT, Surabaya Awali Gelar USBN

Dindik Surabaya menggelar sosialisasi USBN dan UNBK dengan menghadirkan perwakilan dari Puspendik, Selasa (7/2).

Dindik Surabaya, Bhirawa
Pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) jenjang SMP di Surabaya bakal digelar lebih awal dari jadwal yang diperkirakan Kemendikbud. Hal ini mengingat Kota Surabaya tengah mempersiapkan USBN dengan model Computer Based Test (CBT).
Rencana itupun mendapat dukungan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Secara nasional, USBN dijadwalkan mulai 16 April. Namun, Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya akan melaksanakan USBN pada awal April. Dengan begitu, dalam satu hari siswa hanya akan mengerjakan satu mata ujian.
Kabid Penilaian Nonakademik Puspendik Kemendikbud, Giri S Hamiseno menjelaskan, hingga kini Prosedur Operasional Standar (POS) memang belum keluar. Diperlukan perubahan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) karena USBN tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
“Harus ada payung hukumnya dulu,” kata dia usai sosialisasi USBN dan UNBK tingkat SMP, MTs, dan Pondok Pesantren se Surabaya di Convention Hall, Selasa (6/2). Dia berharap dalam minggu ini POS USBN sudah keluar seiring diadakannya acara Rembug Pendidikan Nasional di Jakarta.
Giri menyatakan, sejatinya tiap satuan pendidikan boleh memilih jadwal USBN. Bisa dilakukan setelah ujian nasional (UN) atau sebelum UN. “Makanya kami buat jadwal USBN dengan rentangan waktu tertentu. Biar sekolah bermanuver sendiri,” jelasnya. Idealnya, lanjut dia, USBN dilaksanakan bersamaan. Namun, karena masih ada pinjam-meminjam infrastruktur, maka diberi keleluasaan.
Khusus USBN SMP di Surabaya yang menggunakan komputer, jadwalnya bisa dikoordinir oleh Dindik setempat kalau hal itu dipandang lebih efisien. “Yang jelas, pusat tidak mengatur sistem USBN berbasis komputer,” ungkapnya. Dia pun meminta Dindik Surabaya mengatur metodenya. Sebab, ada perbedaan sistem USBN dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). “Perlu disosialisasikan kepada teknisi dan pesertanya,” katanya.
Giri mengakui Surabaya termasuk perintis pelaksanaan USBN berbasis komputer. Termasuk merintis juga mengerjakan soal esai atau uraian langsung di komputer. “Saya harapkan, dalam menjawab soal uraian itu, seluruh siswa kelas 3 SMP di Surabaya sudah bisa mengetik semua. Apalagi try out sudah online,” ujarnya.
Kemendikbud, kata Giri, tidak pernah mewajibkan satuan pendidikan untuk melaksanakan USBN berbasis komputer. “Bahasanya lebih kepada mendorong satuan pendidikan, bukan mewajibkan,” katanya.
Terkait soal jangkar yang disiapkan pusat untuk USBN, yang menyusun tetap musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). “Orang pusat membawa soal, diberikan MGMP, kemudian MGMP membuat jadi soal USBN,” ujarnya. Tiap kabupaten/kota, lanjut Giri, bisa berbeda materi soalnya dari pusat.
Dia menjelaskan, setelah pelaksanaan USBN pihaknya akan meminta sampling soal untuk dianalisis. Hasil analisis untuk mengetahui apakah MGMP sudah mumpuni membuat soal atau belum. Kalau belum, itu menjadi bahan pelatihan di pusat sebagai penguatan.
Kabid Sekolah Menegah Pertama (SMP) Dindik Surabaya Sudarminto menjelaskan, sebelum mengawali pelaksanaan USBN, pihaknya diminta mengirim surat pemberitahuan kepada Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud. Hal ini terkait dengan penggabungan soal USBN dari pusat dengan soal dari MGMP.
Dengan kondisi soal dari pusat berbeda tiap daerah, lanjut Sudarminto, logikanya tidak masalah untuk mendahului pelaksanaan USBN. “Kalau mundur dari awal April, sepertinya tidak memungkinkan untuk USBN satu hari satu mapel,” tandasnya. [tam]

Tags: