Gunakan Pendekatan Psikologi, Ciptakan Alat Tes Covid-19

Sejumlah relawan dari berbagi belahan duni yang tergabung dalam pembuatan alat deteksi daring risiko tertular dan menularkan Covid-19.

Surabaya, Bhirawa
Sejumlah tim peneliti dunia terus berinovasi dalam mengembangkan alat tes untuk memutus penyebaran Covid-19. Kali ini, beberapa tim peneliti psikologi dari Indonesia bergabung dengan tim psikologi internasional telah mengembangkan alat tes daring untuk memperkirakan risiko seseorang tertular dan menularkan virus Covid-19.
Tes online tersebut dibuat berdasarkan Ilmu Perubahan Perilaku yang merupakan cabang dari Ilmu Psikologi. Masyarakat sudah bisa mengakses melalui https://your-covid-19-risk.com.
Peneliti Psikologi Kesehatan Fakultas Psikologi (F.Psi), Universitas Airlangga (Unair), Triana Kesuma Dewi, yang tergabung dengan kelompok peneliti dari Indonesia menuturkan alat tes tersebut berbeda dengan alat tes yang sudah ada.
Bedanya, kebanyakan tes online yang sudah ada tidak mengeksplorasi alasan mengapa masyarakat melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku, misalnya tidak menjaga jarak fisik (physical distancing) dari orang lain. Padahal, informasi semacam itu menjadi kunci dalam mendorong perubahan perilaku di masyarakat.
“Kami membuat alat ini berdasarkan Reasoned Action Approach (Fishbein & AJzen, 2010). Jadi tidak hanya melihat perilaku apa yang muncul dan tidak mucul sehingga meningkatkan risiko penularan, tetapi juga melihat faktor apa yang mempengaruhi perilaku tersebut. Sehingga memungkinkan untuk mengindentifikasi intervensi apa yang relevan untuk meningkatkan perilaku protektif yang diharapkan,” jelasnya, Minggu (7/6/)
Lebih lanjut, pengguna tes akan memperoleh perkiraan risiko sejauh mana dirinya dapat tertular atau menularkan Covid-19. Perkiraan tersebut diukur dari tiga faktor risiko berdasarkan kajian ilmiah, yakni menjaga kebersihan tangan, menjaga jarak aman (physical distancing) di tempat umum, dan perilaku tetap di rumah atau menghindari keramaian.
“Kami ingin melihat perilaku-perilaku tertentu yang menjadi fokus kita, untuk menghitung risiko apakah mereka memiliki resiko tambahan yang tinggi untuk menularkan coronavirus ini. Resiko tambahan di sini ialah hal-hal yang dapat kita kendalikan dan ubah, bukan penyakit kronis atau bawaan yang diderita,” papar Kandidat PhD, Maastricht University, Belanda itu.
Triana menambahkan, alat tes daring tersebut awalnya digagas oleh Gjalt-Jorn Peters dari Open University dan Sylvia Roozen dari Maastricht University, Belanda. Dari data hasil tes tersebut akan dipublikasikan pada repositori open access, sehingga dapat diakses oleh siapa pun.
Alat yang digarap sejak Maret 2020 tersebut telah ditranslasikan ke dalam 27 bahasa dan diluncurkan di berbagai negara di dunia. Alat deteksi online ini pertama kali diluncurkan di Belanda pada 7 Mei 2020 lalu. Sedangkan di Indonesia, masyarakat dapat menjajal tes daring itu mulai Sabtu (6/6).
“Kita tahu bahwa mengubah perilaku itu bukanlah hal yang mudah. Semoga alat tes ini dapat memberikan rekomendasi dalam memahami perilaku protektif terkait Covid-19. Faktor penyebab munculnya perilaku tersebut, dan kira-kira pendekatan apa yang relevan untuk mengubah perilaku tersebut. Dengan demikian, kami harap ini dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah maupun organisasi kesehatan untuk membuat kebijakan dan informasi publik yang relevan,” jelas dia.
Sebagai informasi, sekitar 150 ilmuwan dari 35 negara di dunia secara sukarela bergabung untuk menciptakan alat tersebut. Selain Triana, beberapa peneliti dari Indonesia yang ikut terlibat di antaranya adalah Astin Sokang, PhD Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), Sali Rahadi Asih, PhD (Universitas Indonesia), Andrian Liem, PhD (University of Macau); dan Ratri Nurwanti, M.Psi, psikolog (Universitas Brawijaya). [ina]

Tags: