Gunakan Pola Geoisolator, Dongkrak Pendapatan Petani Garam Pasuruan

Petani saat panen garam menggunakan media Geoisolator di Kelurahan Panggungrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Senin (19/9). Penggunaaan Geoisolator berdampak pada penjualan harga garam yang semakin meningkat hingga mencapai 30 persen. [Hilmi Husain]

Petani saat panen garam menggunakan media Geoisolator di Kelurahan Panggungrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Senin (19/9). Penggunaaan Geoisolator berdampak pada penjualan harga garam yang semakin meningkat hingga mencapai 30 persen. [Hilmi Husain]

Pasuruan, Bhirawa
Dari total lahan garam di Kota Pasuruan seluas 114,34 hektar, ternyata hanya 20 persen produksi garam yang sudah memenuhi kualitas baik. Sedangkan, sisanya masih menggunakan cara tradisional. Produksi yang berkualitas tersebut dikarenakan sudah menggunakan media geoisolator.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan (DPKKP) Kota Pasuruan, Asep Suryatna menyampaikan para petani garam yang sudah menggunakan media Geoisolator tentu berdampak pada penjualan garam yang semakin meningkat hingga mencapai 30 persen. Cara tradisional, harga jual garam mencapai Rp 500 per kilogram, untuk menggunakan geoisolator hingga capai Rp 700 per kilogram.
“Kami sangat mengapresisasi petani yang sudah menggunakan geoisolator. Selain kualitasnya menjadi baik, harga jual garam pun bisa terangkat. Yakni selisih Rp 200 per kilogram. Ke depan kami mengharapkan kepada semua petani garam di Kota Pasuruan sedianya menggunakan geoisolator. Tujuannya tak lain setidaknya pendapatan petani garam bisa meningkat,” ujar Asep Suryatna, Senin (19/9).
Luasan lahan 114,34 hektar itu tersebar di enam kelurahan di Kota Pasuruan. Yakni Kelurahan Kepel seluas 12,05 hektar, Tapaan 14,49 hektar, Gadingrejo 5,1 hektar, Ngemplakrejo 14,58 hektar, Panggungrejo 22,21 hektar dan Mandaranrejo 48,91 hektar.
“Penggunaan geoisolator yakni para petani harus menyediakan lokasi tanah yang sebelumnya terlebih dahulu di padatkan. Kemudian lahan dilapisi dengan geoisolator.  Selanjutnya air dimasukkan untuk memulai proses. Alat pada Geoisolator itu merupakan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat,” jelasnya.
DPKKP Kota Pasuruan memprediksi pada produksi garam Kota Pasuruan tahun ini akan menurun. Itu akibat dari musim saat ini lantaran cuacanya yang tidak menentu.
“Tahun lalu hingga bulan Agustus-September seperti ini petani panen sebanyak 1.734 ton. Sedangkan tahun ini, hingga Agustus total panen garam masih 540 ton. Tapi kami tetap sangat optimis, target 10 ribu ton pada tahun 2016 akan tercapai,” kata Asep Suryatna. [hil]

Tags: