Guru Adaptif Atasi Kekurangan Guru Produktif

Surabaya, Bhirawa
Rencana Kemendikbud untuk meng-upgrade guru adaptif menjadi guru produktif disambut gembira Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim. Sebab, pemerintah dianggap memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kekurangan guru di tingkat SMK itu.
Ketua PGRI Jatim Ichwan Sumadi mengatakan, hampir semua kabupaten/kota di Indonesia mengalami kekurangan guru. Kekurangan berada di tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK. Sekolah kejuruan sendiri paling banyak kekurangan guru produktif. “Kalau ini tidak dipenuhi, kita khawatir guru hanya mengajar teori tanpa praktik,” katanya, Kamis (8/9).
Dia mengungkapkan, SMK saat ini lebih mengutamakan praktik dibanding teori. Kekurangan guru produktif dapat menghambat ke praktik siswa. “Jadi harus dipenuhi guru produktif sesuai kebutuhan. Pemerintah harus bertanggung jawab memenuhi kekurangan guru ini. Kalau tidak akan hancur,” terangnya.
Selain itu, Ichwan juga mengusulkan kepada pemerintah agar mengangkat guru honorer untuk memenuhi kebutuhan guru produktif. Apalagi, tidak sedikit guru honorer yang masuk kelompok guru produktif. “Ini sebagai langkah lain selain pendidikan guru adaptif,” tuturnya. Guru honorer ini bisa diusulkan menjadi guru pegawai negeri sipil (PNS).
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Hudiyono mengatakan, SMK di Jatim saat ini memiliki sekitar 3.400 paket keahlian. Dari jumlah itu, sekitar 1.400 paket keahlian terakreditasi A. Untuk peningkatan mutu di SMK didukung oleh sekitar 71 ribu guru produktif. “Tapi jumlah ini masih kurang,” katanya.
Untuk menutupi kekurangan guru produktif itu, tidak sedikit SMK yang menggunakan tenaga dari kalangan industri. Dengan begitu, biaya operasional sekolah menjadi bengkak. Hudiyono pun mendukung langkah pemerintah yang menggeser guru normatif menjadi guru produktif. “Itu langkah bagus. Apalagi kita masih kekurangan guru produktif untuk mengisi 3.400 paket keahlian,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, lanjut Hudiyono, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim akan membuat peraturan tentang pendidikan sistem ganda dan teaching factory di SMK. Langkah ini untuk mengikat kalangan industri dengan SMK. Sehingga, guru-guru di SMK dapat menerima pengalaman langsung dari industri untuk diaplikasikan ke sekolah.
“SMK harus menjadi miniatur industri. Hal ini tentu tidak lepas dari kurikulumnya yang linier dan sinkron dengan industri. Termasuk trainer dari industri itu pengalamannya harus sampai ke guru SMK,” jelasnya. Langkah ini, kata Hudiyono, secara tidak langsung membuat guru adaptif menjadi guru produktif. [tam]

Tags: