Guru Besar Faperta Unej, Kembangkan Melinjo sebagai Suplemen Super

Guru Besar Prof Tri Agus Siswoyo saat menujukkan hasil penilitian berbasis melinjo di Pusat Unggulan Ipteks Perguruan Tinggi Bioteknologi Tanaman Industri (PUI PT BioTin) yang dikelolanya, Selasa(20/10).

Jember, Bhirawa
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jember, Prof Tri Agus Siswoyo kembangkan melinjo (gnetum gnemon) sebagai suplemen super. Tanaman melinjo yang selama ini banyak ditakuti karena membuat kadar asam urat tinggi, ternyata sumber antihipertensi, antioksidan, antiperadangan, antikanker bahkan baik bagi mereka yang tengah melakukan diet.
Potensi yang luar biasa dari melinjo sebagai suplemen super ini membuat Prof Tri Agus Siswoyo, tekun mengembangkan hasil penelitian sejak 2002. ”Bermula dari fakta melinjo salah satu tanaman yang tergolong tanaman purba, artinya sudah ada di muka bumi sejak ribuan tahun lalu tapi tidak banyak mengalami perubahan. Pastinya ada kandungan tertentu dalam melinjo yang mampu membuatnya mampu bertahan melewati evolusi jaman. Lantas saya mulai tertarik meneliti melinjo,” kata Prof Tri Agus Siswoyo saat ditemui di Gedung CDAST lantai dua, Selasa (20/10).
Dari hasil penelitiannya, kata Prof Tri Agus, melinjo memiliki kandungan protein dan non protein yang banyak mengandung zat antihipertensi, antioksidan, antiperadangan, antikanker yang berguna bagi tubuh manusia.
“Kami tengah mengembangkan kandungan protein dari melinjo yang berguna bagi antihipertensi. Caranya adalah dengan mengisolasi protein dari melinjo hingga menghasilkan peptida aktif yang dengan bantuan bakteri tertentu kemudian akan dimasukkan ke padi, sehingga padi tersebut akan mengandung antihipertensi,” jelas Prof Tri Agus yang sudah mematenkan beberapa penemuan hasil penelitiannya terkait melinjo.
Kenapa padi yang menjadi pilihannya, karena padi adalah sumber makanan pokok masyarakat Indonesia. Dengan adanya padi yang mengandung antihipertensi maka penderita darah tinggi yang mengkonsumsinya akan sekaligus mengkonsumsi obat.
“Padi yang memiliki kandungan antihipertensi dari melinjo ini dikenal sebagai nutraceutical, dengan kata lain makanan sebagai obat dan obat sebagai makanan. Tapi perlu diingat, masih perlu penelitian lanjutan untuk dapat dinikmati oleh masyarakat mengingat tergolong sebagai produk rekayasa genetika yang harus melewati sekian banyak prosedur pengawasan agar benar-benar terjamin keamanannya,” tegas guru besar biokomia tanaman pertanian ini.
Bahkan saat melakukan riset melinjo dalam rangka post doctoral di Gyeongsang National University, Korea Selatan, di tahun 2019 lalu, dirinya menemukan kandungan anti kanker pada melinjo berpotensi menjadi obat bagi lima macam penyakit kanker.
“Pada saat penelitian di laboratorium, dari lima kanker yang diteliti ternyata kandungan anti kanker di melinjo berpotensi paling besar menyembuhkan kanker paru – paru. Jadi sebenarnya melinjo pun punya potensi sebagai suplemen untuk mencegah Covid 19 yang juga menyerang pernafasan manusia, tapi tentu harus melalui penelitian lebih lanjut,” imbuhnya.
Prof Tri Agus menambahkan, sebenarnya manfaat melinjo sebagai antihipertensi, antioksidan, antiperadangan, antikanker bisa dinikmati oleh masyarakat dengan cara yang mudah. Misalnya saja melinjo diubah menjadi tepung dan kemudian ditambahkan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kue dan makanan.
Dari penelitian yang dilakukan Prof Tri Agus, produk kue dan roti yang mengandung tepung melinjo akan tidak cepat basi. Buah melinjo dan daunnya pun bisa dijadikan minuman seperti kopi atau teh.
“Sayangnya saat ini justru para peneliti dan pengusaha dari Jepang yang getol meneliti dan mengembangkan produk berbasis melinjo. Sebab melinjo dengan segudang manfaatnya berpotensi sebagai suplemen kesehatan super. Padahal melinjo tidak tumbuh di Jepang sebab melinjo tanaman khas daerah tropis. Sehingga mereka ingin mengimpor melinjo dari Indonesia yang mutunya dinilai lebih bagus dari melinjo yang ada di daerah tropis lainnya seperti Afrika. Maka pengembangan melinjo sebagai produk unggulan Indonesia sangat terbuka,” ungkapnya pula.
Namun perlu pembenahan dari hulu hingga hilir untuk menjadikan melinjo sebagai produk unggulan Indonesia. Hingga kini belum ada data yang pasti mengenai berapa luasan lahan melinjo dan berapa hasil per tahunnya di Indonesia. Sebab selama ini, melinjo masih hanya sebatas tanaman di halaman dan belum dikembangkan secara serius dalam skala industrial. Padahal melinjo dapat tumbuh di berbagai kondisi lahan.
“Maka kami di Universitas Jember bertekad terus meneliti dan mengembakan melinjo melalui PUI PT BioTin, Program Studi Magister Bioteknologi, kelompok riset maupun penelitian lintas disiplin lainnya mengingat potensinya yang luar biasa,” pungkasnya. [efi]

Tags: