Guru dan Pembelajaran Inovatif

Nurcholissiyah, S Pd.Oleh:
Nur Cholissiyah
Guru SMP Negeri 3 Kedungadem-Bojonegoro.

Perubahan paradigma pembelajaran terus mengalami pembaruan seiring dengan perubahan peluang dan  tantangan  di dunia pendidikan. Pembelajaran  dari warisan  zaman  kolonial  yang  terkesan kaku, diskriminatif, otoriter, teacher center (berpusat pada guru), penuh ketakutan sekarang mau tidak mau harus  berevolusi menjadi pembelajaran yang fleksibel, populis, santun, student center (berpusat pada siswa) dan gembira, serta terstandar.  Sebab hal ini  sudah menjadi tuntutan masyarakat saat ini.
Di era yang serba dimanjakan kecanggihan teknologi masyarakat  yang biasa hidup dengan gadget disetiap aktivatasnya. Ini menandakan bahwa masyarakat selalu  terhubung dengan sesuatu yang menarik, inovatif, mudah dan menggembirakan.
Berlatar dari semua ini sudah seyogyanya guru harus mampu menyuguhkan  sesuatu yang  tidak biasa-biasa saja, suatu yang menarik , sesuatu yang dalam prosesnya  mampu memberi  pengalaman yang bermakna , sesuatu yang dikemas dengan nuansa kegembiraan. Sehingga proses transformasi pengetahuan dan ketrampilan bisa dengan mudah tercapai dalam pembelajaran.
Karena pembelajaran yang menarik dan menggembirakan tersebut dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikologi siswa, tentunya akan mengefektifkan dan mengefisienkan aktifitas belajar dan mengajar dikelas. Hal ini membutuhkan kerjasama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran diharapkan harus terjadi interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran, yakni guru, siswa, materi belajar dan lingkungan.
Lebih-lebih jika kita mengharapkan proses pembelajaran yang berstandar, yaitu proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup untuk prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik  sejalan dengan apa yang diamanatkan  Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, jelas bahwa pembelajaran harus menyenangkan, dalam artian dipenuhi nuansa kegembiraan.
Menurut Maksum (2014) salah satu manfaat menjadi guru yang menggembirakan adalah menjadikan belajar menjadi menggembirakan. Karena guru yang mampu mengkondisikan lingkungan yang gembira dapat membangkitkan semangat belajar siswa melalui penyampaian materi pelajaran dengan cara yang menarik dan mengesankan, sehingga tidak menumbuhkan keterpaksaan siswa dalam belajar.
Sementara upaya untuk menumbuhkembangkan pembelajaran yang gembira menurut Maksum yang harus diperhatikan antara lain : 1) tempat belajar yang nyaman; 2) media pembelajaran yang menarik; 3) cara penyampaian materi yang mengesankan dan tidak monoton; 4) kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran. Apabila keempat hal tersebut sudah terpenuhi maka tidak sulit untuk mewujudkan belajar denga nuaansa kegembiraan. Dengan belajar yang gembira maka tujuan dari suatu pembelajaran akan mudah tercapai.
Sinergi Guru-Siswa
Tumbuhnya rasa gembira dihati siswa berarti guru telah mampu membawa pembelajaran menjadi menarik. Sementara  untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik. William Watson Purkey dalam artikelnya yang berjudul “Preparing Invitational Teachers for Next-Century School” (dalam Slick, 1995;1-3) memiliki gagasan 4 hal ada dan harus dipenuhi dalam proses pembelajaran antara lain:
Pertama, kepercayaan (trust). Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama saling mendukung antara guru dan siswa, dimana proses sama pentingnya dengan produk.
Dalam praktik pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas “saling ketergantungan” diantara sesama manusia. Ungkap dia: “Attemping to teach student without involving then to proses is alost cause.”Bahkan andai kata  usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru tanpa kerjasama mereka dianggap berhasil, energi yang dihabiskan oleh gurubiasa tidak sepadan dengan apa yang dicapai.
Kedua, rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dalam kepedulian yang mendalam kepada para siswa dan prilaku yang memadai yang ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggungjawab; dan mereka harus diperlakukan secara benar. Rasa” saling-menghormati” diantara guru dan siswa, adalah dasar bagi terbangunnaya tanggungjawab bersama, sebagai unsur sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.
Ketiga, Optimisme. Proses pembelajaran yang menarik tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi guru dan siswa terabaikan. Keempat, Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang dirancang untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara pribadi maupun secara profesionalisme. Dari keempat pilar tersebut diatas ketika sudah mengejawantah dalam pembelajaran maka sudah barang tentu pembelajaran menarik  dapat dengan mudah terealisasi.
Guru Harus Kreatif
Apersepsi berasal dari kata “Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang dimiliki. Apersepsi guru menjadi penting, sebagai pembukaan dalam setiap pembelajaran dimulai. Karena dengan pemikiran jika awal  pembelajaran itu baik maka akhirnyapun akan baik pula. Awal sebagai kesan yang dipenuhi seberapa menariknya materi yang disampaikan guru, sehingga dapat menumbuhkan kesan yang baik pula dihati anak dalam belajar untuk itu dibutuhkan penguasaan  variasi  apersepsi disetiap materi yang disuguhkan.
Apersepsi memiliki tujuan antara lain :a) untuk mencoba menarik mereka kedunia yang kita ciptakan,b)mencoba menyatukan 2 dunia, c)menciptakan atmosfir, suasana yang baik dapat menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru,d) perlunya membangun motivasi.
Sementara kegiatan apersepsi dapat dibentuk melalui 4 pilar yaitu:  Pertama, Alfa zone, menurut Richard Coan, seorang dokter asal Inggris, menyatakan suatu keadaan dimana gelombang otak, yakni gelombang alfa (7-13Hz) adanya muatan listrik yang kuat suatu keadaan dimana gelombang alfa ini yang paling baik untuk proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan neoron-neoron dalam keadaan harmon (keseimbangan).
Zona Alfa ini merupakan kondisi yang terbaik untuk belajar,  yakni kondisi jika sudah tampak senyum mengembang dibibir siswa dan mata berbinar, saat itulah kondisi alfa sudah on. karena   jika siswa sudah keluar dari zona alfa ini, maka sebaiknya apapun strategi yang digunakan akan percuma. Karena materi yang disampaikan tidak akan masuk kedalam memori otak siswa.
Lantas bagaimana cara kita untuk masuk atau mengembangkan siswa  yang sudah keluar  dari zona alfa? Menciptakan alfa zone didapat melalai kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik , brain gym, dan serangkaian  ice breaking lainnya yang tak harus berhubungan dengan materi pelajaran.
Kedua, Warmer. Menghangatkan ingatan yang sudah lalu, warmer dimaksudkan sebagai pembentuk pengetahuan kontruktivisme, yakni membangun makna yang sudah dimiliki siswa. Ketiga, Pre -teach, memberikan inforamsi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan , agar tidak terjadi cedera dan kesalahan prosedur. Keempat, Scene Setting, Kondisi ini paling dekat dengan strategi, sebagai pengait menuju pelajaran inti.

                                                                                              ————————- *** ————————–

Rate this article!
Tags: