Guru Pembelajar

KurniatiOleh :
Kurniati
Guru SMKN 1 Sungailiat Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Perkembangan zaman yang semakin maju, peran dan fungsi seorang guru akan semakin dibutuhkan. Tak ada yang mampu menggantikan peran dan fungsi seorang guru, apalagi guru yang mampu memberi pencerahan ditengah kesemrawutan dan runtuhnya tata sosial masyarakat.
Seorang guru yang mencerahkan adalah pengajar dan pendidik. Kebutuhan akan guru yang mencerahkan semakin menemukan relevansinya bila dikaitkan dengan program terbaru pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang ingin memberdayakan guru –yang notabene ujung tombak pendidikan bangsa ini– yakni  guru harus siap terus belajar, guru adalah pembelajar.
Menjadi sebuah keniscayaan bahwa para guru semakin dituntut membaik kinerjanya sehingga akan layak digugu. Terlepas dari segala beban, tugas, dan tanggung jawab yang telah melekat pada sosok para guru. Harus diakui, tudingan kurang sedap acap menampar wajah pendidikan kita hari ini. Lantaran itu kebutuhan untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas menjadi tidak terbantahkan lagi. Terlebih lagi sekarang banyak faktor yang menjadikan pelajar di Indonesia menjadi malas. Kemalasan inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab buramnya mutu pendidikan di Indonesia. Tentu banyak faktor yang bisa menjadi penyebabnya , banyak dalih yang bisa kita ungkapkan dan banyak pihak yang bisa kita persalahan. Namun terus mencari dalih dan mencari kesalahan tentu bukan langkah yang bijak, yang kita butuhkan adalah bagaimana mencari jalan keluar dari semua persoalan yang meliliti pendidikan nasional kita.
Ibaratnya, masih banyak jalan menuju Roma untuk kita meningkatkan mutu pendidikan, menjauhkan kemalasan dari pundak anak didik kita. Salah satu cara adalah dengan adanya inovasi pembelajaran.
Inovasi Pembelajaran
Inovasi pembelajaran berarti suatu  perubahan baru yang ada kaitannya dengan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan. Di antaranya adalah peningkatan kinerja dan pemikiran para guru. Pemikiran (penulis katakan) mampu melakukan banyak hal dalam jumlah tak terhingga. Hal ini tergantung bagaimana kita “merawatnya”. Tergantung bagaimana seseorang menggunakan pikirannya. Pikiran layaknya seperti pisau yang jika diasah akan semakin tajam. Begitu juga pola pikir manusia, jika sering diasah akan semakin tajam (berkualitas).
Sinergi dalam pendidikan (terutama pendidikan formal), jika kita berbicara mengenai pembelajaran tentunya bagai sisi mata uang yang saling bergantung. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses dimana guru atau peserta didik saling berinteraksi untuk memberi atau menerima berbagai informasi.
Intinya, kemampuan guru mengembangkan metode belajar yang lebih menggunakan pikiran akan lebih memberikan warna bagi peserta didik. Diharapkan imbasnya adalah peserta didik akan mampu menggunakan pikirannya dengan lebih baik hingga akhirnya pemikiran peserta didik lebih berkembang karena terbiasa dengan metode pembelajaran terbaik.
Maka tepat artinya, jika mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan terus mengajak  para guru Indonesia untuk sama-sama menunjukkan pada bangsa bahwa guru Indonesia tetap semangat belajar dengan meluncurkan program peningkatan kompetensi guru, guru pembelajar.
Dikatakannya pula bahwa guru selalu hadir mengirimkan pesan harapan terhadap generasi bangsa, dengan terus mengembangkan diri, menjauhkan pikiran dan rasa malas. Sebab bagaimana hendak bersemangat jika yang seharusnya digugu memberikan cermin berbeda?
Hal ini berkaitan dengan hasil uji kompetensi guru. Setidaknya ada pengaruh yang memberikan pedoman bahwa guru yang memiliki hasil uji yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada peserta didiknya. Dengan demikian adanya program guru pembelajar akan lebih mengasah profesionalitas para guru.
Dalam pelaksanaan program tersebut menggunakan tiga model guru pembelajar yaitu moda tatap muka, moda dalam jejaring penuh, dan moda kombinasi keduanya. Sementara materi pembelajaran moda tatap muka menggunakan modul cetak, sedangkan moda dalam jaringan menggunakan modul, lembar kerja, dan lembar informasi yang disusun dan disajikan secara digital.
Pertama metode tatap muka (TM) bagi guru dengan nilai < 40, kedua model campuran atau kombinasi antara tatap muka dan online (blended) nilai 41-55, dan model ketiga yaitu full daring (online) dengan nilai 56-70. Info lengkap dapat diunduh http://www.kuambil.com/2016/05/resmi-menteri-anies-luncurkan-program.html tentang model Pelatihan guru pembelajar.
Yang jadi pertanyaan, apakah para guru siap dengan tugas baru lagi? Masih panas materi terbaru revisi kurikulum 2013 (Kurtilas) memasuki ruang pandang guru. Tapi tentunya guru yang kreatif adalah guru yang mempunyai semangat tinggi? Dengan bakat yang baik menjadi guru. Dari bakat yang ada, tentunya akan mudah mengadopsi pembelajaran dari mana saja, dan kapan saja.
Jika siswa berbakat mempunyai ciri-ciri: membaca pada usia yang relatif muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, rasa ingin tahu yang kuat, inisiatif, mandiri, kreatif, visi ke depan, inovatif, dan terarah pada tujuan, seorang guru harus lebih dari itu.
Maka seorang guru berbakat tentu akan melebihi standar yang biasa dilakukan oleh orang banyak. Guru yang memberikan pencerahan adalah guru yang terus belajar, baik melalui pengalaman atau belajar dari orang lain. Sebab ciri-ciri itu setidaknya dapat kita jadikan acuan untuk mengetahui seseorang memiliki semangat (berbakat) yang dapat melejitkan potensi yang dimiliki.
Semoga harapan Anies Baswedan akan hadirnya guru pembelajar, akan membuat guru semakin bisa menjadi teladan tepat karena ketangguhan, optimisme, dan keceriaanya, benar adanya. Dan tentunya, sebagai guru, kita kerjakan program ini dengan keteguhan ihktiar untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Toh demikian juga nanti anak-anak didik kita.

                                                                                                                   ————- *** ————-

Rate this article!
Guru Pembelajar,5 / 5 ( 1votes )
Tags: