Guru RA/TK Bojonegoro Ikuti Lokakarya Pendidikan

Setidaknya ada 80 guru Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-kanak (TK) dan pengawas dibahwa naungan kementrian agama (kemenag) Kabupaten Bojonegoro mengikuti pelatihan pola asuh anak berbasis karakter. (achmad basir/bhirawa)

Setidaknya ada 80 guru Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-kanak (TK) dan pengawas dibahwa naungan kementrian agama (kemenag) Kabupaten Bojonegoro mengikuti pelatihan pola asuh anak berbasis karakter. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Untuk mewujudkan pendidikan profesional dan berkualitas menuju kemajuan pendidikan anak usia dini, maka para guru perlu melakukan metodologi dan strategi pembelajaran bagi anak didiknya. Setidaknya ada 80 guru Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-kanak (TK) dan pengawas dibahwa naungan kementrian agama (kemenag) Kabupaten Bojonegoro mengikuti pelatihan pola asuh anak berbasis karakter.
Loka karya yang diadakan Operator Minyak dan Gas Bumi (Migas) Blok Cepu, Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) bekerjasama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF), dilaksanakan, Rabu (24/2) di Pusat Belajar Guru (PBG), Jalan Rajawali Bojonegoro.
Tujuannya untuk menerapkan metode pendidikan holistik berbasis karakter, dimana sekolah yang menerapkan metode belajar ini juga dikenal dengan Semai Benih Bangsa (SBB). “Penerima manfaat program ini sekitar 90 sekolah yang terdiri dari pendidikan usia dini,” jelas perwakilan EMCL, Beta wicaksono, disela-sela lokakarya.
Program yang telah disetujui SKK Migas ini, kata dia, merupakan wujud komitmenEMCL dalam memajukan pendidikan di Bojonegoro. “Kami berharap,program ini bias bias mendorong menigkatakan kuliats tarfa hidup masyarakat sekitar wilayah operasi kami,” ucapnya.
Sementara itu, Yudha Aviratri dari Indonesia Heritage Foundation (IHF), menjelaskan, pendidikan berkarakter merupakan metode pendidikan mengajarkan nilai-nilai baik kepada anak-anak. “Kita menyentuh emosi anak-anak untuk menerapkan nilai-nilai baik itu dengan terus menguatkan,” jelasnya.
Pendidikan dengan metode ini, kata Avi, harus menerus dan berkelanjutan. “Tapi yang lebih penting,pendidikan keluarga yang punya waktu lebih banyak dengan anak,” tuturnya.
Menurutnya, dalam kontek pendidikan, belakangan ini kita sering menganggap remeh terhadap guru RA/TK. Padahal, guru tersebut merupakan orang pertama yang membangun pondasi pendidikan menuju jenjang sekolah lain. “Ibarat membangun sebuah bangunan, maka guru tersebut adalah arsitek pertama yang menjadikan bangunan itu kokoh. Tanpa pondasi dasar, maka bangunan setinggi apapun akan roboh,” sebut Avi.
Usai mengikuti lokakarya harapannya guru juga bisa melakukan sharing dengan orang tua bagaimana pentingnya hubungan antara ibu dan anak yang dapat membentuk karakter. Serta pola asuh orang tua bisa menjadi benteng pertahanan bagi pendidikan karakter anak tersebut.
“Kita harapkan dengan pelatihan ini, para guru RA/TK memiliki peran dan persepsi pembelajaran yang sama, demi meningkatkan mutu pendidikan pada anak usia dini di masa mendatang,” pungkasnya. [bas]

Tags: