Guru SLB Harus Kuasai Ilmu Pengetahuan Khusus

100 guru SLB ikuti Peningkatan Pengembangan Kapasitas guru SLB.

Untuk Capai Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Biasa

Dindik Jatim, Bhirawa
Menjadi tenaga pendidik bagi siswa disabilitas tentu memunculkan tantangan besar. Butuh ilmu pengetahuan khusus dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman, aman dan berkualitas bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain itu tenaga pendidik atau guru dituntut harus menggunakan hati nurani, keikhlasan dan tanggung jawab untuk memberikan pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa ABK.

Hal inilah yang disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai dalam Peningkatan Pengembangan Kapasitas guru SLB yang digelar bidang GTK Dindik Jatim.

Menurut Aries, banyak perubahan yang memanfaatkan media digital sebagai pembelajaran peningkatan kompetensi. Hal ini bukan tidak mungkin juga dilakukan guru SLB sebagai media pembelajaran. Namun, bagi siswa ABK pemanfaatan media digital hanya bisa menjadi pendukung pembelajaran. Selebihnya, guru SLB harus menjadi peran kuat sebagai pengganti orangtua di sekolah.

“Kalau membina, melatih, dan mengajarkan siswa SLB banyak sentuhan yang dilakukan melalui dunia digital. Tapi ini tidak cukup mengajari anak berkebutuhan khusus (ABK) juga butuh sentuhan hati, namun bagaimana merubah dan mengikuti instruksi kita dengan keterbatasan tertentu maka digunakan dengan ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki guru lain selain guru SLB, yaitu dengan pendekatan hati nurani, keikhlasan dan tanggungjawab,” jelas Aries membuka kegiatan yang berlangsung pada 19-22 November di Hotel Montana Batu ini.

Aries menekankan, jika mengajar ABK diukur dengan materi, maka ilmu atau pembelajaran yang disampaikan ke siswa ABK tidak akan sampai dan bermanfaat. Sehingga tujuan peningkatan kualiras pendidikan dalam keterbatasan tidak akan tercapai.

Tapi sebaliknya, lanjut Pj Wali Kota Batu ini, guru SLB akan sukses dan berhasil di bidang pendidikan khusus jika menggunakan hati nurani, keikhlasan dan tanggung jawab.

Aries mengakui menjadi guru SLB memang tidak mudah. Ada tugas yang masih cukup panjang untuk mencapai peningkatkan kualitas pendidikan di tingkat SLB. Karena itu , ia berharap guru SLB terus mendalami, meningkatkan, menggali kembali dan mencoba berinteraksi dengan para narasumber yang hadir, agar kedepan berbagai hal peningkatan mutu pendidikan menjadi lebih baik.

“Tumbuhkan motivasi dan semangat, gali ilmu sehingga perubahan yang ada diluar bisa lebih di update dan upgrade. Sehingga mutu pendidikan yang ditularkan ke ABK bisa bermanfaat,” tandasnya.

Sementara itu, ditambahkan Kepala Bidang GTK Dindik Jatim, Suhartatik, pemerintah melalui Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP) telah menetapkan standart guru PLB (Pendidikan Luar Biasa). Hal ini tentu harus dikuasai guru SLB. Sebab, ABK memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Standart guru PLB yaitu memahami perkembangan peserta didik secara umum, memahami karakteristik anak berkebutuhan khusus. Selanjutnya menguasai metode pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus dan menguasai keahlian secara khusus di bidang kekhususan seperti brailer, orientasi, mobilitas, bina persepsi, bina bumi, bina bicara, bina diri, bina gerak, dan modifikasi perilaku.

“Guru SLB dituntut memiliki kemampuan teknis edukatif, kepribadian yang baik, memiliki ketrampilan khusus dan mempunyai dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus untuk memahami tantangan kehidupan masa depan,” pungkas dia.

Sebagai informasi, kegiatan peningkatan Kompetensi Guru SLB ini mendatangkan narasumber dari Pengawas Propinsi, IKADIN, Universitas Negeri Malang dan Kepala SLB Sidoarjo. [ina]

Tags: