Guru SMP PGRI 1 Buduran Sidoarjo yang Multitalenta

Koesmoko

Koesmoko
Bagi orang yang belum terlalu mengenalnya, mungkin menilai Koesmoko, sosok yang selalu serius. Namun penilaian ini akan sirna ketika sudah akrab dengannya. Bahkan, pria yang satu ini bisa menjadi teman mengobrol yang gayeng untuk bertukar pengalaman, bertukar pendapat atau berdiskusi.
Koesmoko yang berprofesi sebagai pengajar mata pelajaran Bahasa Jawa di SMP PGRI 1 Buduran ini, ternyata menyimpan segudang pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan. Meski figur yang satu ini selalu rendah hati, tidak berlebihan jika disebut sebagai ‘Guru Plus – Plus’ atau ‘Guru Multitalenta’.
Mengapa? Sebab pria yang akrab dipanggil ‘Pak Koes’ ini, selain menjadi pendidik Muatan Lokal Wajib Bahasa Jawa, juga menjadi Waka/Kepala Urusan Humas SMP PGRI 1 Buduran, juga sebagai pembina Pramuka, serta pengajar Ekstrakurikuler Seni Ketoprak, pelestari wayang, penggerak literasi di sekolah yang sama.
Selain di sekolah memiliki berbagai talenta yang siap diteruskan kepada para siswanya. Ketika berada di tengah masyarakat Koesmoko juga sering menjadi juru bicara lamaran, juru bicara menerima lamaran, sambutan pasrah pengantin, sambutan terima pangantin dan amatiran pranatacara (pembawa acara) pengantin Berbahasa Jawa halus (basa rinengga) dan Berbahasa Indonesia.
“Hidup ini ternyata tidak harus linear. Mbanyu mili (mengalir saja seperti air). Boleh ngeli (mengikuti arus), namun jangan keli (hanyut terbawa arus). Maksudnya harus tetap pegang prinsip meskipun harus mengikuti perkembangan,” kata alumnus Prodi Kependidikan Dasar, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan IKIP Malang, pada Kamis (14/1) lalu.
Maklum, Koesmoko mengampu Bahasa Jawa dan Ekstrakurikuler Seni Ketoprak serta peduli wayang, lebih karena hobi dan pengalaman masa lalu. Meski latar belakang akademis tidak linear, namun piawai untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Terbukti saat mengikuti UKG (Uji Kompetensi Guru), nilainya termasuk klasifikasi tinggi. Bahkan, di SMP PGRI 1 Buduran juga pernah mengampu mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), karena hobinya menekuni Pancasila.
“Jadi, jangan heran jika bidang yang saya ditangani terkesan gado – gado alias serabutan,” ungkapnya.
Koesmoko juga menjelaskan, sedangkan tentang grup ketoprak yang dibina sudah tampil sebanyak sembilan kali di TVRI Jawa Timur pada acara Campursari. Mulai dari penulisan skenario karya sendiri, hingga kolaborasi dengan Grup Campursari dan Tari Pandanwangi SMP PGRI 1 Buduran.
Koesmoko mengakui sejak kecil ‘Gila Wayang’, karena wayang tidak hanya enak ditontonan, tapi juga ada tatanan dan tuntunan. ”Ada unggah – ungguh (etika atau tata krama) yang disampaikan dalam kesenian tradisional ini. Banyak filosofi, juga ada pendidikan budi pekerti,” tandas Koesmono yang berhasil menggembleng dua siswanya menjadi Dalang Cilik. [ach]

Tags: