Guru SMP se-Surabaya Sepakat Ajarkan Siswa Membatik

Salah satu guru SMPN 39 Surabaya tampak serius membatik dalam pelatihan yang diberikan Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya di SMPN 12 Surabaya, Jumat (24/11). [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Seluruh guru Seni Budaya dan Prakarya tingkat SMP negeri dan swasta se-Surabaya sepakat akan mengamalkan ilmu membatiknya kepada anak didiknya. Hal ini setelah 650 guru diberikan pelatihan membatik yang dipusatkan di SMPN 12, Jumat (24/11) kemarin.
Seluruh guru diajarkan membatik mulai teknik awal menggunakan canting, pengeblokan, hingga teknik celup menggunakan pewarna batik. Para guru laki dan perempuan terlihat kompak mengkreasikan kain batik polos menjadikan motif. Mulai motif dasar, sasaran dan pinggiran.
Pelatih membatik, Syarif Usman mengatakan bahwa kegiatan pelatihan membatik memasuki hari kedua. Dimana proses pengeblokan hingga pencelupan kain batik ke pewarna batik (naftol). “Kali ini memasuki tahap pengeblokan kain batik yang telah dibuat masing-masing guru. Setelah itu masuk pada proses pewarnaan batik dengan teknik celup naftol,” terangnya.
Menurut Syarif, saat proses membatik hampir mayoritas guru telah bisa membatik. Sebab, ia bersama delapan pelatih memberikan arahan dan cara sesederhana mungkin agar mudah dipahami saat membatik. “Mereka (guru) rata-rata sudah bisa membatik. Tinggal mengarahkan proses membatik yang benar,” katanya.
Kegiatan membatik ini, lanjut Syarif, agar para guru seni budaya dan prakarya bisa mengajarkan ke anak didiknya. “Semoga setelah adanya pelatihan ini, semua guru bisa mengajarkan kepada siswanya,” harapnya.
Sementara, Guru Seni Budaya SMPN 39 Surabaya, Rika Arhandita mengaku belum menemukan kesulitan saat membatik. Bahkan, ia membuat batik Nusantara perpaduan motif Bali dan Kota Surabaya. Hal ini dinilai bagus lantaran kedua Kota memiliki ciri khas tersendiri. “Ini baru pertama kali dan membatik ternyata mengasyikkan. Ini saya buat batik Motif Bali dan Surabaya,” katanya sembari menunjukkan hasil membatiknya.
Setelah mendapatkan pelatihan membatik, Rika berjanji bakal menerapkan ilmu membatik kepada guru-guru dan siswa reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurutnya, proses membatik ini dirasa mudah dan bisa diimplementasikan di lingkungan sekolahnya. “Kebetulan guru-guru SMPN 39 ini banyak yang ingin bisa membatik. Termasuk juga siswa reguler dan berkebutuhan khusus,” imbuhnya.
Lain halnya dengan Guru Seni Budaya di SMP Hang Tuah 1 Surabaya, Yuniarti. Ia mengaku kesulitan disaat membatik secara manual. Namun, kesulitannya itu berubah mengasyikkan dikala proses membatiknya sudah separoh jadi. “Lama-lama asyik juga membatik. Bisa melatih kesabaran, melatih motorik, dan bisa berekspresi memainkan pewarnaan,” terangnya. (geh)

Tags: